Senin, 07 Juli 2014

TUGAS PORTOFOLIO 4 (PSIKOTERAPI)

Nama   : Annida Putriga
Kelas   : 3PA11
NPM   : 10511945




     A.  TERAPI KELOMPOK
1.      Konsep Dasar Pandangan Terapi Kelompok Tentang Kepribadian
Terapi kelompok adalah salah satu metode pekerjaan sosial yang menggunakan kelompok sebagai media dalam proses pertolongan profesionalnya. Dalam literature pekerjaan sosial metode ini sering disebut sebagai groupwork atau group theraphy. Di dunia industri, terapi kelompok sangat sering digunakan sebagai metode mengatasi masalah-masalah yang dialami para pegawai seperti kecanduan alkohol, obat-obat terlarang, rokok, kemalasan bekerja, konflik antar pegawai.
2.      Unsur-Unsur Terapi, Munculnya Gangguan, Tujuan Terapi, Peran Terapis
Muncul dua aliran yang berbeda yang mencakup gambaran tentang proses terapi kelompok. Satu aliran memusatkan pada peraturan para anggota dan pemimpin, sementara aliran lainnya memeriksa dengan menggunakan kerangka kerja teoritis untuk memimpin kelompok. Tujuan Terapi :
a.       Menjadi lebih terbuka dan jujur terhadap diri sendiri dan orang lain.
b.      Belajar mempercayai diri sendiri dan orang lain
c.       Berkembang untuk lebih menerima diri sendiri
d.      Belajar berkomunikasi dengan orang lain
e.       Belajar untuk lebih akrab dengan orang lain
f.       Belajar untuk bergaul dengan sesama atau lawan jenis
g.      Belajar untuk memberi dan menerima
h.      Menjadi peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain
i.        Meningkatkan kesadaran diri, sehingga akan merasa lebih bebas dan tegas dalam memilih. Peran Terapis :
Yang terpenting dalam konseling/terapi kelompok adalah konselor/terapis harus mempunyai dasar teori dan terlatih untuk memimpin kelompok, karena dikuatirkan membuat lebih buruk keadaan.
3.      Teknik-teknik Terapi
a.       Teknik yang melibatkan para anggota
b.      Teknik yang melibatkan pemimpin
c.       Menggunakan babak-babak terapeutik
d.      Teknik sesekali membantu lebih dari satu anggota
e.       Teknik untuk bekerja dengan Individu secara tidak langsung
f.       Teknik yang menyebabkan para anggota berbagi pada tingkat lebih pribadi



      B. TERAPI KELUARGA
1.      Konsep Dasar Pandangan Terapi Keluarga Tentang Kepribadian
Dengan penekanan pada konstelasi keluarga, holisme, dan kebebasan terapis untuk berimprovisasi, Pendekatan Adler memberikan kontribusi dasar pada perspektif terapi keluarga. Adlerians bekerja dengan fokus keluarga pada suasana kekeluargaan, konstelasi keluarga, dan tujuan interaktif dari setiap anggota (Bitter, Roberts, & Sonstegard, 2002). Suasana keluarga adalah iklim yang mencirikan hubungan antara orang tua dan sikap mereka terhadap kehidupan , peran gender, pengambilan keputusan, persaingan, kerjasama, menghadapi konflik, tanggungjawab, dan sebagainya. Suasana, termasuk menyediakan model peran orang tua, mempengaruhi anak-anak saat mereka tumbuh dewasa. Proses terapi berusaha untuk meningkatkan kesadaran tentang interaksi individu-individu dalam sistem keluarga. Mereka yang mempraktekkan terapi keluarga Adlerian berusaha untuk memahami tujuan, keyakinan, dan, perilaku, setiap anggota keluarga dan keluarga sebagai entitas dalam dirinya sendiri.
2.      Unsur-unsur Terapi, Munculnya Gangguan, Tujuan Terapi, Peran Terapis
Munculnya gangguan :
            Peran serta keluarga dlm perawatan klien gangguan jiwa. Keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannya. Keluarga dipandang sebagai satu sistem sehingga gangguan yang terjadi pada salah satu anggota dapat mempengaruhi sistem, disfungsi dalam keluarga dapat sebagai penyebab gangguan.
Tujuan Terapi :
a.       Menurunkan konflik kecemasan keluarga
b.      Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-masing anggota keluarga
c.       Meningkatkan kemampuan penanganan terhadap krisis
d.      Mengembangkan hubungan peran yang sesuai
e.       Membantu keluarga menghadapi tekanan dari dalam maupun dari luar  anggota keluarga
f.       Meningkatkan kesehatan jiwa keluarga sesuai dengan tingkat perkembangan anggota keluarga
Peran Terapis :
a.       Merawat klien secara utuh : observasi stress emosi klien & keluarga
b.      Mengkaji fungsional & disfungsional keluarga
3.      Teknik-teknik Terapi
a.       Model teoritik digunakan oleh terapis untuk mengevaluasi, diagnosis, dan mengubah hubungan keluarga.
b.      Terapi memahami keluarga secara terpisah dan hak tersebut sebagai tanggung-jawab dalam melakukan intervensi terapeutik
c.       Gaya, kepribadian, dan nilai yang dimiliki seorang terapis.
d.      Lapangan atau cakupan terapi keluarga

   
     C. TERAPI BERMAIN
1.      Konsep Dasar
Terapi permainan merupakan terapi kejiwaan namun dalam pelaksanaannyafaktor ekspresi-gerak menjadi titik tumpuan bagi analisa terapeutic dengan medianya adalah bentuk-bentuk permainan yang dapat menimbulkan kesenangan, kenikmatan dan tidak ada unsur paksaan serta menimbulkan motivasi dalam diri sendiri yang bersifat spontanitas, sukarela dan mempunyai pola atau aturan yang tidak mengikat.
2.      Unsur Terapi
Munculnya gangguan :
            Permainan merupakan suatu kesibukan yang ada dalam kehidupan sehari-hari dari diri anak berkebutuhan khusus  dan berguna bagi dirinya dalam kehidupannya yang mandiri kelak.
Tujuan Terapi :
a.       Fisik meliputi perkembangan kekuatan organ tubuh, peningkatan ketahanan otot-otot dan organ tubuh, pencegahan dan perbaikan sikap tubuh yang kurang baik.
b.      Intelektual meliputi kemampuan berkomunikasi, menghitung angka dalam suatu permainan sehingga dapat dikatakan menang atau kalah dan lain lain.
c.       Emosi : penerimaan atas pimpinan orang lain, bagaimana ia memimpin dan lain lain.
d.      Sosialisasi : bagaimana dapat bermain bersama, meningkatkan hubungan yang sehat dalam kelompok.
Peran Terapis, dalam pendidikan :
a.       Sarana pencegahan : tidak menambah permasalahan baru dan menghmbat proses belajarnya.
b.      Sarana penyembuhan : dapat disembuhkan atau dilatih sebagai sarana belajar melalui bentuk-bentuk permainan yang ber7an mengembalikan fungsi fisik,psiko-terapi,modifikasi perilaku, mengembangkan fungsi sosial, melatih bicara, mempertajam atau latihan visual, latihan auditif, latihan taktil, dan lain lain.
c.       Sarana penyesuaian diri : anak-anak sulit beradaptasi, oleh karena itu dilatih bekelompok dalam permainan.
Sarana untuk mengembangkan ketajaman penginderaan : untuk menjernihkan penglihatan (visual) misal ; permainan warna, bentuk, jarak dan lain lain.
d.      Sarana mengembangkan kepribadian : anak dapat bergerak dengan bebas dan aktif melakukan berbagai kegiatan dengan perasaan gembira dan menyenangkan.
e.       Sarana untuk latihan aktifitas sehari-hari : permainan memasak, berdagang, rumah-rumahan dan lain-lain.
3.      Teknik Terapi
a.       Penggunaan terapi bermain sebagai teknik psikoterapi.
b.      Nilai Terapiutik dari Permainan
c.       Kepada Siapa Terapi Bermain Diberikan
d.      Prosedur dalam Terapi Bermain.
e.       Hal Penting Sesudah Terapi Bermain.


     D.    REVIEW
           Sebutkan Tokoh Dari Terapi Dibawah ini Dan Jelaskan

1.      Terapi Psikoanalisis tokohnya adalah Sigmund Frued
a.       Kesadaran. Konsep ketaksadaran. Mimpi2 → merupakan representative simbolik dari kebutuhan2, hasrat2  konflik, salah ucap / lupa → thd nama yg dikenal, sugesti pascahipnotik, bahan2 yg berasal dari teknik2 asosiasi beban, bahan2 yg berasal dari teknik proyektif.
b.      Struktur Kepribadian. Id (Das Es), Id berisikan motifasi dan energy positif dasar, yang sering disebut insting atau stimulus. Id berorientasi pada prinsip kesenangan (pleasure principle) atau prinsip reduksi ketegangan, yang merupak sumber dari dorongan-dorongan biologis (makan, minum, tidur, dll). Ego (Das Ich), Peran utama dari ego adalah sebagai mediator (perantara) atau yang menjembatani anatar id dengan kondisi lingkungan atau dunia luar dan berorintasi pada prinsip realita (reality principle). Dalam mencapai kepuasan ego berdasar pada proses sekunder yaitu berfikir realistic dan berfikir rasional. Super Ego (Das Uber Ich), Super ego merupakan cabang dari moril atau keadilan dari kepridadian, yang mewakili alam ideal daripada alam nyata serta menuju kearah yang sempurna yang merupakan komponen kepribadian terkait dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik dan buruk, benar dan salah. 
c.       Mekanisme Pertahanan Ego. Mekanisme pertahanan ego merupakan proses mental yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan dan dilakukan melalui dua karakteristik khusus  yaitu : (1) tidak disadari dan (2) menolak, memalsukan atau mendistorsi (mengubah) kenyataan. Mekanisme pertahanan ini dapat juga diartikan sebagai reaksi-reaksi yang tidak disadari dalam upaya melindungi diri dari emosi atau perasaan yang menyakitkan seperti cemas dan perasaan bersalah. Ego berusaha sekuat mungkin menjaga kestabilan hubungannya dengan realitas, id dan superego. Namun kecemasan begitu menguasai, ego harus berusahan mempertahankan diri. Secara tidak sadar, dia akan bertahan dengan cara memblokir seluruh dorongan-dorongan atau menciutkan dorongan-dorongan tersebut menjadi wujud yang lebih dapat diterima atau tidak terlalu mengancam.

2.      Terapi Humanistik Eksistensial
Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force).

3.      Person Centered Therapy
Carl Rogers adalah psikolog humanistik kebangsaan Amerika yang berfokus pada hubungan tarapeutik dan mengembangkan metode baru terapi berpusat pada klien. Rogers adalah salah satu individu yang pertama kali menggunakan istilah klien bukan pasien. Terapi berpusat pada klien berfkous pada peran klien, bukan ahli terapi, sebagai proses kunci penyembuhan. Rogers yakin bahwa setiap orang menjalani hidup di dunia secara berbeda dan mengetahui pengalaman terbaiknya. Menurut Rogers, klien benar – benar “berupaya untuk sembuh” dan dalam hubungan ahli terapi – klien yang suportif dan saling menghargai, klien dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Klien berada di posisi terbaik untuk mengetahui pengalamannya sendiri dan memahami pengalamannya tersebut. Untuk memperoleh harga dirinya dan mencapai aktualisasi diri tersebut.

4.      Logo Terapi (Victor Frankl)
Frankl belajar bahwa manusia dapat kehilangan segala sesuatu yang dihargainya kecuali kebebasan manusia yang sangat fundamental yaitu kebebasan untuk memilih suatu sikap atau cara bereaksi terhadap nasib kita, kebebasan untuk memlilih cara kita sendiri. Frankl percaya bahwa arti dapat ditemukan dalam semua situasi, termasuk penderitaan dan kematian. Frankl berasumsi bahwa hidup ini adalah penderitaan, tetapi untuk menemukan sebuah arti dalam penderitaan maka kita harus terus menjalani dan bertahan untuk tetap hidup. Frankl menyatakan pentingnya dorongan dalam mencari sebuah arti untuk eksistensi manusia sebagai suatu sistem, yang kemudian disebut logoterapy. Logoterapy kemudian menjadi model psikoterapinya.
            Menurut Frankl, keadaan dimana seorang individu kekurangan arti dalam kehidupan disebut sebagai kondisi neurosis. Inilah keadaan yang bercirikan tanpa arti, tanpa maksud, tanpa tujuan dan hampa. Menurut Frankl, individu semacam ini berada dalam kekosongan eksistensial (existential vacuum), suatu kondisi yang menurut keyakinan Frankl adalah lumrah dalam zaman modern.

5.      Analisis Transaksional
Teori transaksional analisis merupakan karya besar Eric Berne (1964), yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Teori transaksional analisis merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan dalam konsultasi pada hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antarpribadi yang mendasar.
Eric Berne pioner yang menerapkan transaksional analisa dalam psikoterapi. Dalam terapi ini hubungan konselor dan konseli dipandang sebagai suatu transaksional (interaksi, tindakan yang diambil, tanya jawab) dimana masing-masing individu berhubungan satu sama lain. Transaksi menurut Berne merupakan manivestasi hubungan sosial. Didalam individu mengadakan interaksi dengan orang lain biasanya didasari oleh ketiga status ego. Ketiga status tersebut adalah status ego anak, dewasa, dan orang tua. Tingkatan ini timbul karena adanya pemutaran data kejadian pada waktu yang lalu dan direkam, yang meliputi orang, waktu, keputusan, perasaan yang sungguh nyata (Harris, 1987).
Transaksional analisis adalah suatu proses transaksi atau perjanjian yang mana melalui perjanjian inilah proses terapi akan dikembangkan sendiri oleh klien hingga proses pengambilan keputusan pun diambil sendiri oleh klien.

6.      Rational Emotive Therapy
Teori Konseling Rasional-Emotif dengan istilah lain dikenal dengan "Rational-Emotife Therapy" yang dikembangkan oleh DR.Albert Ellis, seorang ahli Clinecal Psychology(Psikologi Klinis). Sekitar tahun 1943, dia mulai membuka praktek dalam bidang konseling keluarga, perkawinan dan seks. Pada praktiknya ini Dr. Albert Ellis banyak mempergunakan prosedur sikoanalisa dari freud, tetapi setelah berlangsung beberapa lama Albert Ellis banyak menemukan ketidakpuasan dalam praktiknya yang mengginakan prosedur psikoanalisa dari freud. Atas dasar pengelaman selama praktiknya dan kemudian dihubungkan dengan teori tingkah laku belajar, maka akhirnya Albert Ellis mencoba untuk mengembangkan suatu teori yang disebut " Rational-Emotife Therapy", dan selanjutnya lebih populer dengan singkatan RET.

7.      Terapi Perilaku
Terapi tingkah laku adalah pendekatan penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berlandaskan pada berbagai teori tentang belajar dalam usaha melakukan pengubahan tingkah laku. Dalam penyelesaian masalah, kondisi masalah harus dispesifikkan. Saat ini, bentuk pendekatan ini banyak di gunakan karena penekanannya pada perubahan tingkah laku dimana tingkah laku tersebut bisa didefinisikan secara operasional, diamati dan diukur.
Sebelum kita mengulas tentang proses dan penerapan dari terapi ini, kita perlu tahu pandangan dasar dari terapi ini pada manusia itu sendiri. Dimana landasan pijakan terapi tingkah laku ini yaitu pendekatan behavioristik, pendekatan ini menganggap bahwa “Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya. Segenap tingkah laku manusia itu dipelajari”. Ini merupakan anggapan dari behavioristik radikal. Namun behavioristik yang lain yaitu behavioristik kontemporer, yang merupakan perkembangan dari behavioristik radikal menganggap bahwa setiap individu sebenarnya memiliki potensi untuk memilih apa yang dipelajarinya. Ini bertentangan dengan prinsip behavioris yang radikal, yang menyingkirkan kemungkinan individu menentukan diri. Namun, meskipun begitu, kedua behaviorisme ini tetap berfokus pada inti dari behaviorisme itu sendiri yaitu bagaimana orang-orang belajar dan kondisi-kondisi apa saja yang menentukan tingkah laku mereka.

8.      Terapi Kelompok
Institut Tavistock di London (1930), dengan dasar teori psikoanalisisnya Melani Klein mengembangkan proses kelompok dalam membantu memecahkan problematika Samuel Slavson (1930), seorang engineer, melakukan terapi aktivitas kelompok dan mendorong anggotanya dalam berinteraksi menyelesaikan konflik, impuls dan pola perilaku.Slavson (1943), mengorganisasikan Asosiasi Terapi Kelompok America. Slavson (1964) menerapkan teknik terapi kelompok dengan pendidikan progresif dan psikoanalisis, untuk membantu anak-anak dan remaja yang mengalami gangguan.

9.      Terapi Keluarga
Dengan penekanan pada konstelasi keluarga, holisme, dan kebebasan terapis untuk berimprovisasi, Pendekatan Adler memberikan kontribusi dasar pada perspektif terapi keluarga. Adlerians bekerja dengan fokus keluarga pada suasana kekeluargaan, konstelasi keluarga, dan tujuan interaktif dari setiap anggota (Bitter, Roberts, & Sonstegard, 2002). Suasana keluarga adalah iklim yang mencirikan hubungan antara orang tua dan sikap mereka terhadap kehidupan , peran gender, pengambilan keputusan, persaingan, kerjasama, menghadapi konflik, tanggungjawab, dan sebagainya. Suasana, termasuk menyediakan model peran orang tua, mempengaruhi anak-anak saat mereka tumbuh dewasa. Proses terapi berusaha untuk meningkatkan kesadaran tentang interaksi individu-individu dalam sistem keluarga. Mereka yang mempraktekkan terapi keluarga Adlerian berusaha untuk memahami tujuan, keyakinan, dan, perilaku, setiap anggota keluarga dan keluarga sebagai entitas dalam dirinya sendiri.

10.  Terapi Bermain
Terapi permainan merupakan terapi kejiwaan namun dalam pelaksanaannya faktor ekspresi-gerak menjadi titik tumpuan bagi analisa terapeutic dengan medianya adalah bentuk-bentuk permainan yang dapat menimbulkan kesenangan, kenikmatan dan tidak ada unsur paksaan serta menimbulkan motivasi dalam diri sendiri yang bersifat spontanitas, sukarela dan mempunyai pola atau aturan yang tidak mengikat.


SUMBER :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar