Kelas : 3PA11
NPM : 10511945
A. TERAPI KELOMPOK
1.
Konsep Dasar
Pandangan Terapi Kelompok Tentang Kepribadian
Terapi
kelompok adalah salah satu metode pekerjaan sosial yang menggunakan
kelompok sebagai media dalam proses pertolongan profesionalnya. Dalam
literature pekerjaan sosial metode ini sering disebut sebagai groupwork atau group theraphy.
Di dunia industri, terapi kelompok sangat sering digunakan sebagai metode
mengatasi masalah-masalah yang dialami para pegawai seperti
kecanduan alkohol, obat-obat terlarang, rokok, kemalasan bekerja, konflik
antar pegawai.
2.
Unsur-Unsur
Terapi, Munculnya Gangguan, Tujuan Terapi, Peran Terapis
Muncul
dua aliran yang berbeda yang mencakup gambaran tentang proses terapi kelompok.
Satu aliran memusatkan pada peraturan para anggota dan pemimpin, sementara
aliran lainnya memeriksa dengan menggunakan kerangka kerja teoritis untuk
memimpin kelompok. Tujuan Terapi :
a. Menjadi lebih terbuka dan jujur terhadap diri sendiri dan orang lain.
b.
Belajar mempercayai
diri sendiri dan orang lain
c.
Berkembang untuk lebih
menerima diri sendiri
d.
Belajar berkomunikasi dengan
orang lain
e.
Belajar untuk lebih
akrab dengan orang lain
f.
Belajar untuk bergaul
dengan sesama atau lawan jenis
g.
Belajar untuk memberi
dan menerima
h.
Menjadi peka terhadap
perasaan dan kebutuhan orang lain
i.
Meningkatkan kesadaran
diri, sehingga akan merasa lebih bebas dan tegas dalam memilih. Peran Terapis :
Yang terpenting dalam
konseling/terapi kelompok adalah konselor/terapis harus mempunyai dasar teori
dan terlatih untuk memimpin kelompok, karena dikuatirkan membuat lebih buruk
keadaan.
3.
Teknik-teknik
Terapi
a. Teknik yang melibatkan para anggota
b. Teknik yang melibatkan pemimpin
c. Menggunakan babak-babak terapeutik
d. Teknik sesekali membantu lebih dari satu anggota
e. Teknik untuk bekerja dengan Individu secara tidak langsung
f. Teknik yang menyebabkan para anggota berbagi pada tingkat lebih pribadi
B. TERAPI KELUARGA
1.
Konsep Dasar
Pandangan Terapi Keluarga Tentang Kepribadian
Dengan
penekanan pada konstelasi keluarga, holisme, dan kebebasan terapis untuk
berimprovisasi, Pendekatan Adler memberikan kontribusi dasar pada perspektif
terapi keluarga. Adlerians bekerja dengan fokus keluarga pada suasana
kekeluargaan, konstelasi keluarga, dan tujuan interaktif dari setiap anggota
(Bitter, Roberts, & Sonstegard, 2002). Suasana keluarga adalah iklim yang
mencirikan hubungan antara orang tua dan sikap mereka terhadap kehidupan ,
peran gender, pengambilan keputusan, persaingan, kerjasama, menghadapi konflik,
tanggungjawab, dan sebagainya. Suasana, termasuk menyediakan model peran orang
tua, mempengaruhi anak-anak saat mereka tumbuh dewasa. Proses terapi berusaha
untuk meningkatkan kesadaran tentang interaksi individu-individu dalam sistem
keluarga. Mereka yang mempraktekkan terapi keluarga Adlerian berusaha untuk
memahami tujuan, keyakinan, dan, perilaku, setiap anggota keluarga dan keluarga
sebagai entitas dalam dirinya sendiri.
2.
Unsur-unsur
Terapi, Munculnya Gangguan, Tujuan Terapi, Peran Terapis
Munculnya gangguan :
Peran serta keluarga dlm perawatan klien gangguan jiwa. Keluarga merupakan
tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan
lingkungannya. Keluarga dipandang sebagai satu sistem sehingga
gangguan yang terjadi pada salah satu anggota dapat mempengaruhi sistem,
disfungsi dalam keluarga dapat sebagai penyebab gangguan.
Tujuan Terapi :
a. Menurunkan konflik kecemasan keluarga
b. Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-masing anggota
keluarga
c. Meningkatkan kemampuan penanganan terhadap krisis
d. Mengembangkan hubungan peran yang sesuai
e. Membantu keluarga menghadapi tekanan dari dalam maupun dari luar
anggota keluarga
f. Meningkatkan kesehatan jiwa keluarga sesuai dengan tingkat perkembangan
anggota keluarga
Peran Terapis :
a. Merawat klien secara utuh : observasi stress emosi klien &
keluarga
b. Mengkaji fungsional & disfungsional keluarga
3.
Teknik-teknik
Terapi
a. Model teoritik digunakan oleh terapis untuk mengevaluasi, diagnosis,
dan mengubah hubungan keluarga.
b. Terapi memahami keluarga secara terpisah dan hak tersebut sebagai
tanggung-jawab dalam melakukan intervensi terapeutik
c. Gaya, kepribadian, dan nilai yang dimiliki seorang terapis.
d. Lapangan atau cakupan terapi keluarga
C. TERAPI BERMAIN
1.
Konsep Dasar
Terapi
permainan merupakan terapi kejiwaan namun dalam
pelaksanaannyafaktor ekspresi-gerak menjadi titik tumpuan bagi analisa
terapeutic dengan medianya adalah bentuk-bentuk permainan yang dapat
menimbulkan kesenangan, kenikmatan dan tidak ada unsur paksaan serta
menimbulkan motivasi dalam diri sendiri yang bersifat spontanitas, sukarela dan
mempunyai pola atau aturan yang tidak mengikat.
2.
Unsur Terapi
Munculnya gangguan :
Permainan merupakan suatu kesibukan yang ada dalam kehidupan sehari-hari dari
diri anak berkebutuhan khusus dan berguna bagi dirinya dalam kehidupannya
yang mandiri kelak.
Tujuan Terapi :
a. Fisik meliputi perkembangan kekuatan organ tubuh, peningkatan ketahanan
otot-otot dan organ tubuh, pencegahan dan perbaikan sikap tubuh yang kurang
baik.
b. Intelektual meliputi kemampuan berkomunikasi, menghitung angka dalam suatu
permainan sehingga dapat dikatakan menang atau kalah dan lain lain.
c. Emosi : penerimaan atas pimpinan orang lain, bagaimana ia memimpin dan lain
lain.
d. Sosialisasi : bagaimana dapat bermain bersama, meningkatkan hubungan yang
sehat dalam kelompok.
Peran Terapis, dalam
pendidikan :
a. Sarana pencegahan : tidak menambah permasalahan baru dan menghmbat proses
belajarnya.
b. Sarana penyembuhan : dapat disembuhkan atau dilatih sebagai sarana belajar
melalui bentuk-bentuk permainan yang ber7an mengembalikan fungsi
fisik,psiko-terapi,modifikasi perilaku, mengembangkan fungsi sosial, melatih
bicara, mempertajam atau latihan visual, latihan auditif, latihan taktil,
dan lain lain.
c. Sarana penyesuaian diri : anak-anak sulit beradaptasi, oleh karena itu
dilatih bekelompok dalam permainan.
Sarana untuk
mengembangkan ketajaman penginderaan : untuk menjernihkan penglihatan
(visual) misal ; permainan warna, bentuk, jarak dan lain lain.
d. Sarana mengembangkan kepribadian : anak dapat bergerak dengan bebas dan
aktif melakukan berbagai kegiatan dengan perasaan gembira dan menyenangkan.
e. Sarana untuk latihan aktifitas sehari-hari : permainan memasak, berdagang,
rumah-rumahan dan lain-lain.
3.
Teknik Terapi
a. Penggunaan terapi bermain sebagai teknik psikoterapi.
b. Nilai Terapiutik dari Permainan
c. Kepada Siapa Terapi Bermain Diberikan
d. Prosedur dalam Terapi Bermain.
e. Hal Penting Sesudah Terapi Bermain.
D.
REVIEW
Sebutkan
Tokoh Dari Terapi Dibawah ini Dan Jelaskan
1.
Terapi
Psikoanalisis tokohnya adalah Sigmund Frued
a. Kesadaran. Konsep
ketaksadaran. Mimpi2 → merupakan representative simbolik dari kebutuhan2,
hasrat2 konflik, salah ucap / lupa → thd
nama yg dikenal, sugesti pascahipnotik, bahan2 yg berasal dari
teknik2 asosiasi beban, bahan2
yg berasal dari teknik proyektif.
b.
Struktur Kepribadian. Id (Das Es), Id berisikan motifasi dan energy positif
dasar, yang sering disebut insting atau stimulus. Id berorientasi pada prinsip
kesenangan (pleasure principle) atau prinsip reduksi ketegangan, yang merupak
sumber dari dorongan-dorongan biologis (makan, minum, tidur, dll). Ego (Das
Ich), Peran utama dari ego adalah sebagai mediator (perantara) atau yang
menjembatani anatar id dengan kondisi lingkungan atau dunia luar dan
berorintasi pada prinsip realita (reality principle). Dalam mencapai kepuasan
ego berdasar pada proses sekunder yaitu berfikir realistic dan berfikir
rasional. Super Ego (Das Uber Ich), Super ego merupakan cabang dari moril atau
keadilan dari kepridadian, yang mewakili alam ideal daripada alam nyata serta
menuju kearah yang sempurna yang merupakan komponen kepribadian terkait dengan
standar atau norma masyarakat mengenai baik dan buruk, benar dan salah.
c.
Mekanisme Pertahanan Ego. Mekanisme pertahanan ego merupakan proses mental yang
bertujuan untuk mengurangi kecemasan dan dilakukan melalui dua karakteristik
khusus yaitu : (1) tidak disadari dan (2) menolak, memalsukan atau
mendistorsi (mengubah) kenyataan. Mekanisme pertahanan ini dapat juga diartikan
sebagai reaksi-reaksi yang tidak disadari dalam upaya melindungi diri dari
emosi atau perasaan yang menyakitkan seperti cemas dan perasaan bersalah. Ego
berusaha sekuat mungkin menjaga kestabilan hubungannya dengan realitas, id dan
superego. Namun kecemasan begitu menguasai, ego harus berusahan mempertahankan
diri. Secara tidak sadar, dia akan bertahan dengan cara memblokir seluruh
dorongan-dorongan atau menciutkan dorongan-dorongan tersebut menjadi wujud yang
lebih dapat diterima atau tidak terlalu mengancam.
2.
Terapi
Humanistik Eksistensial
Istilah
psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli
psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham
Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas
pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah
psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut
psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force).
3.
Person Centered
Therapy
Carl Rogers adalah
psikolog humanistik kebangsaan Amerika yang berfokus pada hubungan tarapeutik
dan mengembangkan metode baru terapi berpusat pada klien. Rogers adalah salah
satu individu yang pertama kali menggunakan istilah klien bukan pasien. Terapi
berpusat pada klien berfkous pada peran klien, bukan ahli terapi, sebagai
proses kunci penyembuhan. Rogers yakin bahwa setiap orang menjalani hidup di
dunia secara berbeda dan mengetahui pengalaman terbaiknya. Menurut Rogers,
klien benar – benar “berupaya untuk sembuh” dan dalam hubungan ahli terapi –
klien yang suportif dan saling menghargai, klien dapat menyembuhkan dirinya
sendiri. Klien berada di posisi terbaik untuk mengetahui pengalamannya sendiri
dan memahami pengalamannya tersebut. Untuk memperoleh harga dirinya dan
mencapai aktualisasi diri tersebut.
4.
Logo Terapi (Victor Frankl)
Frankl belajar bahwa
manusia dapat kehilangan segala sesuatu yang dihargainya kecuali kebebasan
manusia yang sangat fundamental yaitu kebebasan untuk memilih suatu sikap atau
cara bereaksi terhadap nasib kita, kebebasan untuk memlilih cara kita sendiri.
Frankl percaya bahwa arti dapat ditemukan dalam semua situasi, termasuk
penderitaan dan kematian. Frankl berasumsi bahwa hidup ini adalah penderitaan,
tetapi untuk menemukan sebuah arti dalam penderitaan maka kita harus terus
menjalani dan bertahan untuk tetap hidup. Frankl menyatakan pentingnya dorongan
dalam mencari sebuah arti untuk eksistensi manusia sebagai suatu sistem, yang
kemudian disebut logoterapy. Logoterapy kemudian menjadi model
psikoterapinya.
Menurut Frankl, keadaan dimana seorang individu kekurangan arti dalam kehidupan disebut sebagai kondisi neurosis. Inilah keadaan yang bercirikan tanpa arti, tanpa maksud, tanpa tujuan dan hampa. Menurut Frankl, individu semacam ini berada dalam kekosongan eksistensial (existential vacuum), suatu kondisi yang menurut keyakinan Frankl adalah lumrah dalam zaman modern.
Menurut Frankl, keadaan dimana seorang individu kekurangan arti dalam kehidupan disebut sebagai kondisi neurosis. Inilah keadaan yang bercirikan tanpa arti, tanpa maksud, tanpa tujuan dan hampa. Menurut Frankl, individu semacam ini berada dalam kekosongan eksistensial (existential vacuum), suatu kondisi yang menurut keyakinan Frankl adalah lumrah dalam zaman modern.
5.
Analisis
Transaksional
Teori transaksional
analisis merupakan karya besar Eric Berne (1964), yang ditulisnya dalam buku
Games People Play. Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok
Humanisme. Teori transaksional analisis merupakan teori terapi yang sangat
populer dan digunakan dalam konsultasi pada hampir semua bidang ilmu-ilmu
perilaku. Teori analisis transaksional telah menjadi salah satu teori
komunikasi antarpribadi yang mendasar.
Eric Berne pioner yang
menerapkan transaksional analisa dalam psikoterapi. Dalam terapi ini hubungan
konselor dan konseli dipandang sebagai suatu transaksional (interaksi, tindakan
yang diambil, tanya jawab) dimana masing-masing individu berhubungan satu sama
lain. Transaksi menurut Berne merupakan manivestasi hubungan sosial. Didalam
individu mengadakan interaksi dengan orang lain biasanya didasari oleh ketiga
status ego. Ketiga status tersebut adalah status ego anak, dewasa, dan orang
tua. Tingkatan ini timbul karena adanya pemutaran data kejadian pada waktu yang
lalu dan direkam, yang meliputi orang, waktu, keputusan, perasaan yang sungguh
nyata (Harris, 1987).
Transaksional analisis
adalah suatu proses transaksi atau perjanjian yang mana melalui perjanjian
inilah proses terapi akan dikembangkan sendiri oleh klien hingga proses
pengambilan keputusan pun diambil sendiri oleh klien.
6.
Rational
Emotive Therapy
Teori
Konseling Rasional-Emotif dengan istilah lain dikenal dengan
"Rational-Emotife Therapy" yang dikembangkan oleh DR.Albert Ellis,
seorang ahli Clinecal Psychology(Psikologi Klinis). Sekitar tahun 1943, dia
mulai membuka praktek dalam bidang konseling keluarga, perkawinan dan seks.
Pada praktiknya ini Dr. Albert Ellis banyak mempergunakan prosedur sikoanalisa
dari freud, tetapi setelah berlangsung beberapa lama Albert Ellis banyak
menemukan ketidakpuasan dalam praktiknya yang mengginakan prosedur psikoanalisa
dari freud. Atas dasar pengelaman selama praktiknya dan kemudian dihubungkan
dengan teori tingkah laku belajar, maka akhirnya Albert Ellis mencoba untuk
mengembangkan suatu teori yang disebut " Rational-Emotife Therapy",
dan selanjutnya lebih populer dengan singkatan RET.
7.
Terapi Perilaku
Terapi tingkah laku
adalah pendekatan penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berlandaskan
pada berbagai teori tentang belajar dalam usaha melakukan pengubahan tingkah
laku. Dalam penyelesaian masalah, kondisi masalah harus dispesifikkan. Saat
ini, bentuk pendekatan ini banyak di gunakan karena penekanannya pada perubahan
tingkah laku dimana tingkah laku tersebut bisa didefinisikan secara
operasional, diamati dan diukur.
Sebelum kita mengulas
tentang proses dan penerapan dari terapi ini, kita perlu tahu pandangan dasar
dari terapi ini pada manusia itu sendiri. Dimana landasan pijakan terapi
tingkah laku ini yaitu pendekatan behavioristik, pendekatan ini menganggap
bahwa “Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial
budayanya. Segenap tingkah laku manusia itu dipelajari”. Ini merupakan anggapan
dari behavioristik radikal. Namun behavioristik yang lain yaitu behavioristik
kontemporer, yang merupakan perkembangan dari behavioristik radikal menganggap
bahwa setiap individu sebenarnya memiliki potensi untuk memilih apa yang
dipelajarinya. Ini bertentangan dengan prinsip behavioris yang radikal, yang
menyingkirkan kemungkinan individu menentukan diri. Namun, meskipun begitu,
kedua behaviorisme ini tetap berfokus pada inti dari behaviorisme itu sendiri
yaitu bagaimana orang-orang belajar dan kondisi-kondisi apa saja yang
menentukan tingkah laku mereka.
8.
Terapi Kelompok
Institut Tavistock di London (1930), dengan dasar teori psikoanalisisnya Melani
Klein mengembangkan proses kelompok dalam membantu memecahkan problematika Samuel Slavson (1930), seorang engineer, melakukan terapi aktivitas
kelompok dan mendorong anggotanya dalam berinteraksi menyelesaikan konflik,
impuls dan pola perilaku.Slavson (1943), mengorganisasikan Asosiasi Terapi Kelompok
America. Slavson (1964) menerapkan teknik terapi kelompok dengan
pendidikan progresif dan psikoanalisis, untuk membantu anak-anak dan remaja yang mengalami gangguan.
9.
Terapi Keluarga
Dengan
penekanan pada konstelasi keluarga, holisme, dan kebebasan terapis untuk
berimprovisasi, Pendekatan Adler memberikan kontribusi dasar pada perspektif
terapi keluarga. Adlerians bekerja dengan fokus keluarga pada suasana
kekeluargaan, konstelasi keluarga, dan tujuan interaktif dari setiap anggota
(Bitter, Roberts, & Sonstegard, 2002). Suasana keluarga adalah iklim yang
mencirikan hubungan antara orang tua dan sikap mereka terhadap kehidupan ,
peran gender, pengambilan keputusan, persaingan, kerjasama, menghadapi konflik,
tanggungjawab, dan sebagainya. Suasana, termasuk menyediakan model peran orang
tua, mempengaruhi anak-anak saat mereka tumbuh dewasa. Proses terapi berusaha
untuk meningkatkan kesadaran tentang interaksi individu-individu dalam sistem
keluarga. Mereka yang mempraktekkan terapi keluarga Adlerian berusaha untuk
memahami tujuan, keyakinan, dan, perilaku, setiap anggota keluarga dan keluarga
sebagai entitas dalam dirinya sendiri.
10. Terapi Bermain
Terapi
permainan merupakan terapi kejiwaan namun dalam pelaksanaannya faktor ekspresi-gerak
menjadi titik tumpuan bagi analisa terapeutic dengan medianya adalah
bentuk-bentuk permainan yang dapat menimbulkan kesenangan, kenikmatan dan tidak
ada unsur paksaan serta menimbulkan motivasi dalam diri sendiri yang bersifat
spontanitas, sukarela dan mempunyai pola atau aturan yang tidak mengikat.
SUMBER
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar