Kelas : 3PA11
NPM : 10511945
A. EMPOWERMENT STREST KONFLIK
1.
Pengertian
Empowerment
Empowerment adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi dan politik yang merangkum berbagai nilai sosial. Konsep
ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yang bersifat “people centered, participatory, empowering, and sustainable” (Chambers, 1988).
2.
Kunci
Efektifitas Empowerment dalam Manajemen
Konsep pemberdayaan (empowerment), menurut Friedmann muncul
karena adanya dua primise mayor, yaitu “kegagalan” dan “harapan”. Kegagalan
yang dimaksud adalah gagalnya model pembangunan ekonomi dalam menanggulangi
masalah kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan, sedangkan harapan muncul
karena adanya alternatif-alternatif pembangunan yang memasukkan nilai-nilai
demokrasi, persamaan gender, peran antara generasi dan pertumbuhan ekonomi yang
memadai. Dengan dasar pandangan demikian, maka pemberdayaan masyarakat erat
kaitannya dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan pada masyarakat, sehingga pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya
dengan pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi.
Selanjutnya Friedmann
dalam Prijono dan Pranaka (1996) menyatakan bahwa kekuatan aspek sosial ekonomi
masyarakat menjadi akses terhadap dasar-dasar produksi tertentu suatu rumah
tangga yaitu informasi, pengetahuan dan ketrampilan, partisipasi dalam
organisasi dan sumber-sumber keuangan, ada korelasi yang positif, bila ekonomi
rumah tangga tersebut meningkatk aksesnya pada dasar-dasar produksi maka akan
meningkat pula tujuan yang dicapai peningkatan akses rumah tangga terhadap
dasar-dasar kekayaan produktif mereka.
3.
Pengertian
Stress
Terdapat
beberapa pengertian tentang stress yang dapat dimaknai dari beberapa sudut
pandang keilmuan. Levi (1991) mendefinisikan stress sebagai berikut: Dalam
bahasa tekhnik. Stress dapat diartikan sebagai kekuatan dari bagian-bagian
tubuh. Dalam bahasa biologi dan kedokteran. Stress dapat diartikan proses tubuh
untuk beradaptasi terhadap pengaruh luar dan
perubahan lingkungan terhadap tubuh. Secara umum. Stress dapat diartikan
sebagai tekanan psikologis yang dapat menimbulkan penyakit baik fisik maupun
penyakit jiwa. Secara lebih tegas Manuaba (1998) memberikan definisi sebagai
berikut: Stress adalah segala rangsangan atau aksi dari tubuh manusia baik yang
berasal daru luar maupun dari dalam tubuh itu sendiri yang dapat menimbulkan
bermacam-macam dampak yang merugikan mulai dari menurunnya kesehatan sampai
kepada dideritanya suatu penyakit. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, semua
dampak dari stress tersebut akan menjurus kepada menurunnya performansi,
efisiensi dan produktifitas kerja yang bersangkutan.
Selanjutnya Mendelson (1990) mendefinisikan stress akibat kerja secara lebih sederhana, dimana stress merupakan suatu ketidak nyamanan dalam kerja. Sedangkan respon stress merupakan suatu total emosional individu dan atau merupakan respon fisiologis terhadap kejadian yang diterimanya. Dari beberapa pengertian tersebut maka dapat digaris bawahi bahwa stress muncul akibat adanya berbagai stressor yang diterima oleh tubuh, yang selanjutnya tubuh memberikan reaksi (strain) dalam beranekaragam tampilan. Dari uraian tersebut dapat ditegaskan bahwa stress secara umum merupakan tekanan psikologis yang dapat menyebabkan berbagai bentuk penyakit baik penyakit secara fisik maupun mental (kejiwaan). Dan secara konsep stress dapat didefinisikan menurut variabel kajian: Stress sebagai stimulus. Stress sebagai variable bebas (independent variable) menitik beratkan pada lingkungan sekitarnya sebagai stressor. Sebagai contoh: petugas air traffics control merasa lingkungan pekerjaannya penuh resiko tinggi, sehingga mereka sering mengalami stress akibat lingkungan pekerjaannya tersebut. Stress sebagai respon. Stress sebagai variable tergantung (dependent variabel) memfokuskan pada reaksi tubuh terhadap stressor. Sebagai contoh: seseorang mengalami stress apabila akan menjalani ujian berat. Respon tubuh (strain) yang dialami dapat berupa respon psikologis (prilaku, pola pikir, emosi, dan perasaan stress itu sendiri) dan respon fisiologis (jantung berdebar, perut mulas-mulas, badan berkeringat dll) Stress sebagai interaksi antara individu dan lingkungannya. Stress disini merupakan suatu proses penghubung antara stressor dan strain dengan reaksi stress yang berbeda pada stressor yang sama.
Selanjutnya Mendelson (1990) mendefinisikan stress akibat kerja secara lebih sederhana, dimana stress merupakan suatu ketidak nyamanan dalam kerja. Sedangkan respon stress merupakan suatu total emosional individu dan atau merupakan respon fisiologis terhadap kejadian yang diterimanya. Dari beberapa pengertian tersebut maka dapat digaris bawahi bahwa stress muncul akibat adanya berbagai stressor yang diterima oleh tubuh, yang selanjutnya tubuh memberikan reaksi (strain) dalam beranekaragam tampilan. Dari uraian tersebut dapat ditegaskan bahwa stress secara umum merupakan tekanan psikologis yang dapat menyebabkan berbagai bentuk penyakit baik penyakit secara fisik maupun mental (kejiwaan). Dan secara konsep stress dapat didefinisikan menurut variabel kajian: Stress sebagai stimulus. Stress sebagai variable bebas (independent variable) menitik beratkan pada lingkungan sekitarnya sebagai stressor. Sebagai contoh: petugas air traffics control merasa lingkungan pekerjaannya penuh resiko tinggi, sehingga mereka sering mengalami stress akibat lingkungan pekerjaannya tersebut. Stress sebagai respon. Stress sebagai variable tergantung (dependent variabel) memfokuskan pada reaksi tubuh terhadap stressor. Sebagai contoh: seseorang mengalami stress apabila akan menjalani ujian berat. Respon tubuh (strain) yang dialami dapat berupa respon psikologis (prilaku, pola pikir, emosi, dan perasaan stress itu sendiri) dan respon fisiologis (jantung berdebar, perut mulas-mulas, badan berkeringat dll) Stress sebagai interaksi antara individu dan lingkungannya. Stress disini merupakan suatu proses penghubung antara stressor dan strain dengan reaksi stress yang berbeda pada stressor yang sama.
4.
Sumber
Stress Pada Manusia
Sumber-sumber potensi stres:
a. Faktor
lingkungan
Selain
memengaruhi desain struktur sebuah organisasi,
ketidakpastian lingkungan juga
memengaruhi tingkat stres para karyawan dan
organisasi. Perubahan
dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi, misalnya, ketika
kelangsungan pekerjaan terancam maka seseorang mulai khawatir ekonomi akan
memburuk.
b. Faktor
organisasi
Banyak
faktor di dalam organisasi yang dapat
menyebabkan stres. Tekanan untuk menghindari kesalahaan atau menyelesaikan
tugas dalam waktu yang mepet, beban kerja yang berlebihan, atasan yang selalu
menuntut dan tidak peka, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan adalah
beberapa di antaranya. Hal ini dapat mengelompokkan faktor-faktor ini menjadi
tuntutan tugas, peran, dan antarpribadi.
c. Faktor-faktor
Penyebab Stres Kerja (Stressor) Karyawan
Stres kerja
yang dialami seseorang dipengaruhi oleh faktor penyebab stres baik yang berasal
dari dalam pekerjaan maupun dari luar pekerjaan. Faktor penyebab stres kerja
yang dibahas dalam penelitian ini hanya faktor organisasional, yakni faktor
yang berasal dari dalam pekerjaan yang mencakup tuntutan tugas, tuntutan peran,
tuntutan hubungan antarpribadi, struktur organisasi, kepemimpinan organisasi,
dan tahap hidup organisasi.
Tuntutan
tugas adalah faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang. Tuntutan tersebut
meliputi desain pekerjaan individual, kondisi kerja, dan tata letak fisik
pekerjaan. Sebagai contoh, bekerja di ruangan yang terlalu sesak atau di lokasi yang selalu
terganggu oleh suara bising dapat meningkatkan kecemasan dan stres. Dengan
semakin pentingnya layanan pelanggan, pekerjaan yang menuntut faktor emosional bisa
menjadi sumber stres.
Tuntutan
peran berkaitan dengan tekanan yang
diberikan kepada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkannya
dalam organisasi. Konflik
peran menciptakan ekspektasi yang mungkin sulit untuk diselesaikan atau dipenuhi.
Tuntutan
antarpribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan. Tidak adanya
dukungan dari kolega dan hubungan antarpribadi yang buruk dapat meyebabkan
stres, terutama di antara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang
tinggi.
d. Faktor
pribadi
Faktor-faktor
pribadi terdiri dari masalah keluarga, masalah
ekonomi pribadi, serta kepribadian dan karakter
yang melekat dalam diri seseorang. Survei nasional secara konsisten menunjukkan
bahwa orang sangat mementingkan hubungan keluarga dan
pribadi. berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan, dan
kesulitan masalah disiplin dengan anak-anak adalah
beberapa contoh masalah hubungan yang menciptakan stres.
Masalah
ekonomi karena pola hidup yang lebih besar pasak daripada tiang adalah kendala
pribadi lain yang menciptakan stres bagi karyawan dan mengganggu konsentrasi
kerja karyawan. Studi terhadap tiga organisasi yang
berbeda menunjukkan bahwa gejala-gejala stres yang dilaporkan sebelum memulai
pekerjaan sebagian besar merupakan varians dari berbagai gejala stres yang
dilaporkan sembilan bulan kemudian. Hal ini membawa para peneliti pada
kesimpulan bahwa sebagian orang memiliki kecenderungan kecenderungan inheren
untuk mengaksentuasi aspek-aspek negatif dunia secara
umum. Jika kesimpulan ini benar, faktor individual yang secara signifikan
memengaruhi stres adalah sifat dasar seseorang. Artinya, gejala stres yang
diekspresikan pada pekerjaan bisa jadi sebenarnya berasal dari kepribadian orang itu.
5.
Pendekatan
terhadap Stress pada Manusia
Sumber
pontensial stres memberikan informasi kepada manajemen perusahaan untuk
melaksanakan pendekatan individu terhadap organisasional dalam mengatasi stres. Ada dua pendekatan dalam mengatasi stres, yaitu:
a.
Pendekatan
Individu
Seorang
karyawan dapat memikul tanggung jawab pribadi untuk mengurangi tingkat stresnya. Strategi individu yang telah terbukti efektif adalah:
1. Teknik
manajemen waktu
2. Meningkatkan
latihan fisik
3. Pelatihan
pengenduran (relaksasi)
4. Perluasan
jaringan dukungan sosial
b.
Pendekatan
Perusahaan
Beberapa faktor yang menyebabkan stres terutama
tuntutan tugas dan peran, struktur organisasi dikendalikan oleh manajemen.
Strategi yang digunakan:
1. Perbaikan
seleksi personil dan penempatan kerja
2. Penggunaan penetapan tujuan yang
realistis
3. Perancangan
ulang pekerjaan
4. Peningkatan
keterlibatan kerja
5. Perbaikan
komunikasi organisasi
6. Penegakkan
program kesejahteraan korporasi (Robbins, 2002: 311-312).
6.
Definisi Konflik
Konflik adalah adanya pertentangan yang timbul di dalam seseorang
(masalah intern) maupun dengan orang lain (masalah ekstern) yang ada di
sekitarnya. Konflik dapat berupad perselisihan (disagreement), adanya
keteganyan (the presence of tension), atau
munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering
menimbulkan sikap oposisi antar kedua belah pihak, sampai kepada mana
pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai pengahalang dan
pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.
7.
Jenis-jenis Konflik
Menurut
James A.F. Stoner dan Charles Wankel jenis-jenis konflik terbagi atas :
a.
Konflik
intrapersonal.
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan
dirinya sendiri. Konflik ini terjadi pada saat yang bersamaan memiliki dua
keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
b.
Konflik
interpersonal.
Konflik ini
adalah konflik seseorang dengan orang lainnya karena memiliki perbedaan
keinginan dan tujuan. Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok,
hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan
untuk mencapai konformitas yang ditekankan pada kelompok kerja mereka. Sebagai
contoh seorang individu dapat dikenai hukuman karena tidak memenuhi norma-norma
yang ada.Konflik interorganisasi.
c.
Konflik antar grup
Dalam suatu
organisasi adalah suatu yang biasa terjadi, yang terntu menimbulkan kesulitan
dalam koordinasi dan integrasi dalam kegiatan yang menyangkut tugas-tugas dan
pekerjaan. Karena hal ini tak selalu bisa dihindari maka perlu adanya
pengaturan agar kolaborasi tetap terjaga dan menghindari disfungsional.
8.
Proses Konflik
Menurut
Robbins (1996) proses konflik terdiri dari lima tahap, yaitu:
(1) oposisi atau ketidakcocokan potensial;
(2) kognisi dan personalisasi;
(3) maksud;
(4) perilaku; dan
(5) hasil.
B.
KOMUNIKASI DALAM MANAJEMEN
1.
Pengertian Komunikasi
Komunikasi
adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari
satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan
atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada
bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat
dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu,
misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut
komunikasi nonverbal.
2. Proses Komunikasi
a.
Pengirim pesan (sender)
dan isi pesan/materi
Pengirim pesan
adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada seseorang dengan
harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan
yang dimaksudkannya.
b. Simbol/ isyarat
Pada tahap ini
pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat dipahami
oleh orang lain.
c. Media/penghubung
Adalah alat
untuk penyampaian pesan seperti ; TV, radio surat kabar, papan
pengumuman, telepon dan lainnya.
d. Mengartikan kode/isyarat
Setelah
pesan diterima melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka
si penerima pesan harus dapat mengartikan simbul/kode dari pesan
tersebut, sehingga dapat dimengerti /dipahaminya.
e. Penerima pesan
Penerima pesan
adalah orang yang dapat memahami pesan dari sipengirim meskipun
dalam bentuk code/isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud
oleh pengirim.
f. Balikan (feedback)
Balikan adalah
isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan dalam bentuk
verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak akan tahu
dampak pesannya terhadap si penerima pesan.
g. Gangguan
Gangguan bukan merupakan
bagian dari proses
komunikasi
akan tetapi mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada
setiap situasi hampir selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan
adalah hal yang merintangi atau menghambat komunikasi
sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang diterimanya.
3.
Hambatan
Dalam Komunikasi
a.
Hambatan
internal, adalah hambatan yang berasal dari dalam diri
individu yang terkait kondisi fisik dan psikologis. Contohnya, jika
seorang mengalami gangguan pendengaran maka ia akan mengalami hambatan komunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang tertekan (depresi) tidak akan dapat melakukan komunikasi dengan baik.
individu yang terkait kondisi fisik dan psikologis. Contohnya, jika
seorang mengalami gangguan pendengaran maka ia akan mengalami hambatan komunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang tertekan (depresi) tidak akan dapat melakukan komunikasi dengan baik.
b.
Hambatan eksternal, adalah hambatan
yang berasal dari luar individu yang terkait dengan lingkungan fisik dan
lingkungan sosial budaya. Contohnya, suara gaduh dari lingkungan sekitar dapat
menyebabkan komunikasi tidak berjalan lancar. Contoh lainnya, perbedaan latar
belakang sosial budaya dapat menyebabkan salah pengertian.
4.
Komunikasi Interpersonal
a.
Componential
Penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang
lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang
untuk memberikan umpan balik segera.
b.
Situasional
Komunikasi yang berlangsung diantara 2 orang yang mempunyai
hubungan yang mantap dan jelas. Ex : pramuniaga-pelanggan, orang tua-anak,
wawancara 2 orang, dsb.
5. Model Pengolahan Informasi Komunikasi
a. Rational
b. Limited Capacity
c. Expert
d. Cybermetic
Model-model Pengolahan
Informasi pada dasarnya menitikberatkan pada cara-cara memperkuat
dorongan-dorongan internal manusia untuk memahami dunia dengan cara menggali
dan mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan
pemecahannya, serta mengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya. Model
Pengolahan informasi berorientasi pada :
a. Proses Kognitif
b. Pemahaman
Dunia
c. Pemecahan Masalah
d. Berpikir
Induktif
Sumber:
http://www.infodiknas.com/definisi-dan-teori-pemberdayaan.html
http://ms.wikipedia.org/wiki/Pemberian_dan_Perwakilan_Kuasa
http://www.slideshare.net/xxxzizaoxxx/konflik-dan-stress-kerja
http://www.infodiknas.com/definisi-dan-teori-pemberdayaan.html
http://ms.wikipedia.org/wiki/Pemberian_dan_Perwakilan_Kuasa
http://www.slideshare.net/xxxzizaoxxx/konflik-dan-stress-kerja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar