Nama : Annida Putriga
Kelas : 3PA11
NPM : 10511945
A.
Pengantar
1.
Definisi
Manajemen
Kata
Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki
arti "seni melaksanakan dan mengatur." Manajemen belum memiliki
definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet,
misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin
mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara
efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara
benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
2.
Definisi
Kepemimpinan
Kepemimpinan
atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab
prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi
kesejahteraan manusia (Moejiono, 2002). Ada banyak pengertian yang dikemukakan
oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut
menunjukkan adanya beberapa kesamaan.
· Menurut
Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan
atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada
kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai
tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
·
Menurut
Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang
didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain
untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan
memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
· Moejiono
(2002) memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh
satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang
membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance
induction theorist) cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau
pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok
sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).
Dari beberapa
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan
mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah
laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam
bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau
kelompok.
3.
Definisi
Kepemimpinan Contingency Fiedler (Matching Leaders and Tasks)
Teori
kontingensi menganggap bahwa kepemimpinan adalah suatu proses di mana kemampuan
seorang pemimpin untuk melakukan pengaruhnya tergantung dengan situasi tugas
kelompok (group task situation) dan tingkat-tingkat daripada gaya
kepemimpinannya, kepribadiannya dan pendekatannya yang sesuai dengan
kelompoknya. Dengan perkataan lain, menurut Fiedler, seorang menjadi pemimpin
bukan karena sifat-sifat daripada kepribadiannya, tetapi karena berbagai faktor
situasi dan adanya interaksi antara Pemimpin dan situasinya. Model Contingency
dari kepemimpinan yang efektif dikembangkan oleh Fiedler (1967) . Menurut model
ini, maka the performance of the group is contingen upon both the motivasional
system of the leader and the degree to which the leader has control and
influence in a particular situation, the situational favorableness (Fiedler,
1974:73). Dengan perkataan lain, tinggi rendahnya prestasi kerja satu kelompok
dipengaruhi oleh sistem motivasi dari pemimpin dan sejauh mana pemimpin dapat
mengendalikan dan mempengaruhi suatu situasi tertentu. Untuk menilai sistem
motivasi dari pemimpin, pemimpin harus mengisi suatu skala sikap dalam bentuk
skala semantic differential, suatu skala yang terdiri dari 16 butir skala
bipolar. Skor yang diperoleh menggambarkan jarak psikologis yang dirasakan oleh
peminpin antara dia sendiri dengan “rekan kerja yang paling tidak disenangi”
(Least Prefered Coworker = LPC). Skor LPC yang tinggi menunjukkan bahwa
pemimpin melihat rekan kerja yang paling tidak disenangi dalam suasana
menyenangkan. Dikatakan bahwa pemimpin dengan skor LPC yang tinggi ini
berorientasi ke hubungan (relationship oriented). Sebaliknya skor LPC yang
rendah menunjukkan derajat kesiapan pemimpin untuk menolak mereka yang dianggap
tidak dapat bekerja sama. Pemimpin demikian, lebih berorientasi ke
terlaksananya tugas (task oriented).
4.
Model
Kepemimpinan Normatif Menurut Vroom And Yetton
Vroom dan Yetton (1973)
mengembangkan model kepemimpinan normatif dalam 3 kunci utama: metode taksonomi
kepemimpinan, atribut-atribut permasalahan, dan pohon keputusan (decision
tree). 5 tipe kunci metode kepemimpinan yang teridentifikasi (Vroom &
Yetton, 1973):
· Autocratic I: membuat
keputusan dengan menggunakan informasi yang saat ini terdapat pada pemimpin.
· Autocratic II: membuat
keputusan dengan menggunakan informasi yang terdapat pada seluruh anggota
kelompok tanpa terlebih dahulu menginformasikan tujuan dari penyampaian
informasi yang mereka berikan.
·
Consultative I: berbagi
akan masalah yang ada dengan individu yang relevan, mengetahui ide-ide dan
saran mereka tanpa melibatkan mereka ke dalam kelompok; lalu membuat keputusan.
· Consultative II:
berbagi masalah dengan kelompok, mendapatkan ide-ide dan saran mereka saat
diskusi kelompok berlangsung, dan kemudian membuat keputusan.
· Group II: berbagi
masalah yang ada dengan kelompok, mengepalai diskusi kelompok, serta menerima
dan menerapkan keputusan apapun yang dibuat oleh kelompok.
5. Path-Goal Theory Dalam Kepemimpinan
Menurut teori path-goal, suatu perilaku pemimpin dapat diterima oleh
bawahan pada tingkatan yang ditinjau oleh mereka sebagai sebuah sumber kepuasan
saat itu atau masa mendatang. Perilaku pemimpin akan memberikan motivasi sepanjang
(1) membuat bawahan merasa butuh kepuasan dalam pencapaian kinerja yang
efektif, dan (2) menyediakan ajaran, arahan, dukungan dan penghargaan yang
diperlukan dalam kinerja efektif (Robins, 2002).
Model kepemimpinan path-goal berusaha meramalkan efektivitas
kepemimpinan dalam berbagai situasi. Menurut model ini, pemimpin menjadi
efektif karena pengaruh motivasi mereka yang positif, kemampuan untuk
melaksanakan, dan kepuasan pengikutnya. Teorinya disebut sebagai path-goal karena
memfokuskan pada bagaimana pimpinan mempengaruhi persepsi pengikutnya pada
tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalan untuk menggapai tujuan.
Model path-goal menganjurkan
bahwa kepemimpinan terdiri dari dua fungsi dasar: Fungsi Pertama; adalah
memberi kejelasan alur. Maksudnya, seorang pemimpin harus mampu membantu
bawahannya dalam memahami bagaimana cara kerja yang diperlukan di dalam
menyelesaikan tugasnya. Fungsi Kedua; adalah meningkatkan jumlah hasil (reward)
bawahannya dengan memberi dukungan dan perhatian terhadap kebutuhan pribadi
mereka.
Terdapat
dua faktor situasional yang diidentifikasikan kedalam model teori path-goal,
yaitu: personal characteristic of subordinate and environmental pressures
and demmand (Gibson, 2003).
B. Perencanaan Penetapan Manajemen
1. Definisi Dari perencanaan Manajemen
Perencanaan
adalah cara berpikir mengenai persoalan-persoalan sosial dan ekonomi, terutama
berorientasi pada masa datang, berkembang dengan hubungan antara tujuan dan
keputusan – keputusan kolektif dan mengusahakan kebijakan dan program.
Beberapa
ahli lain merumuskan perencanaan sebagai mengatur sumber-sumber yang langka
secara bijaksana dan merupakan pengaturan dan penyesuaian hubungan manusia
dengan lingkungan dan dengan waktu yang akan datang. Definisi lain dari perencanaan
adalah pemikiran hari depan, perencanaan berarti pengelolaan, pembuat
keputusan, suatu prosedur yang formal untuk memperoleh hasil nyata, dalam
berbagai bentuk keputusan menurut sistem yang terintegrasi.
Menurut Wilson, Pengertian Perencanaan merupakan salah
satu proses lain, atau merubah suatu keadaan untuk mencapai maksud yang dituju
oleh perencanaan atau oleh orang/badan yang di wakili oleh perencanaan itu.
Perencanaan itu meliputi : Analisis, kebijakan dan rancangan. Dalam proses
manajemen, yang menjadi titik awalnya adalah perencanaan. Jadi perencanaan
sebagai awal kita melakukan proses manajemen sebelum kita melakukan
pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan. Menurut George R. Terry perencanaan adalah: “planning is
the selecting and relating of fact and the making and using of assumption
regarding the future in the visualization and formulating of proposed
activities believed necessary to achieve desired result”.
2. Langkah-langkah Dalam Menyusun Perencanaan Manajemen
Langkah-langkah dalam
perencanaan, dimana secara garis besarnya terdiri dari empat langkah dasar
perencanaan yang bisa diterapkan untuk semua tipe jenajang organisasi/ lembaga/
institusi. Langkah-langkahnya antara lain adalah :
· Menetapkan sasaran : Kegiatan perencanaan
dimulai dengan menetapkan apasaja yang ingin dicapai oleh organisasi, tanpa
dasar yang jelas, sumber daya yang ada akan meluas menyebar dengan menetapkan
prioritas dan merinci serta mengkalkulasi sasaran secara jelas maka organisasi
dapat mengarahkan sega sumber daya yang lebih efektif dan efisien serta tepat
guna dan tepat sasaran. Tugas pokok dan fungsi harus sudah ada, jika sudah
memiliki tupoksi yang jelas, maka akan semakin memudahkan untu membuat sasaran
yang bisa dipakai untuk satu tahun kedepan maupun sasaran yang ingin dicapai
dalam lima tahuan kedepan.
·
Merumuskan Posisi
Organisasi : Posisi organisasi saat ini diman pimpinan harus tahu dengan posisi
organisasinya saat ini. Sumber daya apa yang dimiliki organisasinya saat ini.
Barulah rencana dapat disusun setelah diketahui posisi organisasinya,
kekuatan-kekuatan yang akan melaksanakan dari apa-apa yang telah direncanakan
dengan mengetahui keuangan dan statistic organisasi saat ini.
· Mengidentifikasi
berbagai faktor : Mengetahui factor-faktor pendukung dan penghambat selanjutnya perlu
diketahui factor-faktor baik dari dalam maupun yang datang dari luar yang
diperkirakan dapat membantu dan mendukung serta yang menghambat organisasi
untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Diakui mengetahui lebih mudah
keadaan yang terjadi saat ini dibandingkan meramal peluang yang akan didapat di
masa yang akan datang. Dan unsure utama dalam perencanaan yang paling sulit
adalah melihat kedepan. Namun biarbagaimanapun harus ditunjang dengan sikap
optimis.
· Menyusun
langkah-langkah untuk mencapai sasaran : Langkah terakhir
dalam menyusun perencanaan adalah mengembangkan berbagai kemungkinan
alternative atau langkah yang diambil untuk mencapai sasaran yang telah
ditetapkan, mengevaluasi alternative ini dengan memilih mana yang baik dan mana
yang dianggap cocok dan memuaskan.
Namanya juga rencana, namanya juga perencanaan. Segala sesuatu bisa saja
terjadi sehingga apa yang telah kita rencanakan menjadi terkendala oleh
beberapa faktor x, namun kita harus optimis dan berusaha untuk mewujudkan apa
yang kita rencanakan adalah untuk sebuah keberhasilan. Ada sebentuk kepuasan
batin jika apa yang telah kita rencanakan akan berjalan mulus dan sesuai dengan
apa yang telah kita rencanakan.
Namun jika perencanaan
kita menemui beberapa faktor kendala, kita juga harus optimis, biar bagaimana
pun pepatah "biar tidak tepat sasaran, namun tidak melenceng terlalu
jauh", artinya jangan sampai benar-benar keluar dari jalur perencanaan,
karena kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi esok, lusa dan
seterusnya. Namun perencanaan mutlak kiranya diperlukan.
3. Manfaat Perencanaan Dalam Suatu Organisasi
Manfaat
perencanaan :
·
Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan.
·
Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih
mudah dipahami.
·
Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti.
·
Manajer dapat memahami keseluruhan gambaran operasi
lebih jelas.
4. Jenis-Jenis
Perencanaan Dalam Organisasi
Melihat
tingkat hirarkis, ada tiga jenis perencanaan: perencanaan strategis, taktis dan
operasional.
·
Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis dianggap oleh organisasi secara keseluruhan dan dihasilkan oleh tingkat hirarki yang lebih tinggi dari sebuah organisasi. Berkaitan dengan tujuan jangka panjang dan strategi dan tindakan untuk mencapainya. Perencanaan ini merupakan proses dimana eksekutif / top manajer meramal arah jangka panjang dari suatu entitas dengan menetapkan target spesifik pada kinerja, dengan mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal untuk melakukan tindakan perencanaan yang dipilih. Hal ini biasanya dilakukan dalam organisasi pada tingkat manajerial, atau tingkat tertinggi perintah, yang dilakukan dengan cara taktik dan prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau diberikan perencanaan jangka panjang lebih dari 5 tahun. Perencanaan strategis juga merupakan suatu hal untuk merencanakan strategi dalam segala hal, atau dalam kehidupan sehari-hari setiap orang.
Perencanaan strategis dianggap oleh organisasi secara keseluruhan dan dihasilkan oleh tingkat hirarki yang lebih tinggi dari sebuah organisasi. Berkaitan dengan tujuan jangka panjang dan strategi dan tindakan untuk mencapainya. Perencanaan ini merupakan proses dimana eksekutif / top manajer meramal arah jangka panjang dari suatu entitas dengan menetapkan target spesifik pada kinerja, dengan mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal untuk melakukan tindakan perencanaan yang dipilih. Hal ini biasanya dilakukan dalam organisasi pada tingkat manajerial, atau tingkat tertinggi perintah, yang dilakukan dengan cara taktik dan prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau diberikan perencanaan jangka panjang lebih dari 5 tahun. Perencanaan strategis juga merupakan suatu hal untuk merencanakan strategi dalam segala hal, atau dalam kehidupan sehari-hari setiap orang.
·
Perencanaan Taktis / Taktik
Pada tingkat kedua dari perencanaan, taktis, kinerja berada dalam setiap area fungsional bisnis, termasuk sumber daya tertentu. Perkembangannya terjadi oleh tingkat organisasi menengah, bertujuan untuk efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia untuk jangka menengah proyeksi. Dalam perusahaan besar dengan mudah mengidentifikasi tingkat perencanaan, yang diberikan oleh setiap kepala bagian. Bagian taktis merupakan proses yang berkelanjutan, yang bertujuan dalam waktu dekat, merampingkan pengambilan keputusan dan menentukan tindakan. Bagian Ini dilakukan secara sistemik karena merupakan totalitas yang dibentuk oleh sistem dan subsistem, seperti yang terlihat dari sudut pandang sistemik. Apakah iteratif, dan proyek mana yang harus fleksibel dan menerima penyesuaian dan koreksi. Teknik ini memungkinkan pengukuran siklus dan evaluasi sebagai dijalankan yang secara dinamis dan interaktif dilakukan dengan orang lain, dan merupakan teknik yang mengkoordinasikan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dari efisiensi.
Pada tingkat kedua dari perencanaan, taktis, kinerja berada dalam setiap area fungsional bisnis, termasuk sumber daya tertentu. Perkembangannya terjadi oleh tingkat organisasi menengah, bertujuan untuk efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia untuk jangka menengah proyeksi. Dalam perusahaan besar dengan mudah mengidentifikasi tingkat perencanaan, yang diberikan oleh setiap kepala bagian. Bagian taktis merupakan proses yang berkelanjutan, yang bertujuan dalam waktu dekat, merampingkan pengambilan keputusan dan menentukan tindakan. Bagian Ini dilakukan secara sistemik karena merupakan totalitas yang dibentuk oleh sistem dan subsistem, seperti yang terlihat dari sudut pandang sistemik. Apakah iteratif, dan proyek mana yang harus fleksibel dan menerima penyesuaian dan koreksi. Teknik ini memungkinkan pengukuran siklus dan evaluasi sebagai dijalankan yang secara dinamis dan interaktif dilakukan dengan orang lain, dan merupakan teknik yang mengkoordinasikan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dari efisiensi.
·
Perencanaan Operasional
Ketidakpastian yang disebabkan oleh tekanan dan pengaruh lingkungan harus berasimilasi pada pertengahan atau taktik yang harus mengkonversi dan menafsirkan keputusan strategis, tingkat tertinggi, ke dalam rencana konkrit di tengah dan membuat rencana yang akan dilakukan dan, pada gilirannya, dibagi lagi menjadi rencana operasional dan rincian yang akan dijalankan pada tingkat operasional.
Ketidakpastian yang disebabkan oleh tekanan dan pengaruh lingkungan harus berasimilasi pada pertengahan atau taktik yang harus mengkonversi dan menafsirkan keputusan strategis, tingkat tertinggi, ke dalam rencana konkrit di tengah dan membuat rencana yang akan dilakukan dan, pada gilirannya, dibagi lagi menjadi rencana operasional dan rincian yang akan dijalankan pada tingkat operasional.
Karena
jadwal pada tingkat operasional sesuai dengan set bagian homogen dari
perencanaan taktis, yaitu, mengidentifikasi prosedur spesifik dan proses yang
diperlukan di tingkat bawah organisasi, menyajikan rencana aksi atau rencana
operasional. Hal ini dihasilkan oleh tingkat organisasi yang lebih rendah,
dengan fokus pada kegiatan rutin perusahaan, oleh karena itu, rencana dikembangkan
untuk waktu yang singkat. Perencanaan Operasional ini dilakukan pada karyawan
di tingkat terendah dari organisasi. Membuat perencanaan kecil sebuah
organisasi dan merinci bagaimana tujuan akan dicapai. Bahkan, semua titik dasar
perencanaan terjadi di tingkat operasional, yang sangat mempengaruhi dan
menentukan, bersama dengan, hasil taktik. Termasuk tugas-tugas operasional dan
skema operasi yang benar dan efisien dalam menjalani sistem pendekatan
reduksionis proses khas ditutup. Hal ini dilakukan berdasarkan proses diprogram
dan teknik komputasi. Ini mengubah ide menjadi kenyataan, atau mengeksekusi
tujuan dari suatu tindakan melalui berbagai rute, jangka pendek pekerjaan
umumnya kurang dari 1 tahun
Sumber:
Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen.
BPFE-Yogyakarta
Kurnia, dkk. 2007. Teknik Kepemimpinan.
http// teknikkepemimpinan.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar