A.
Pekerjaan
dan Waktu Luang
Pekerjaan dalam
arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam
arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang
menghasilkan uang bagi
seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim
dengan profesi.
Pekerjaan yang dijalani seseorang dalam kurun waktu yang lama disebut sebagai karier.
Seseorang mungkin bekerja pada beberapa perusahaan selama kariernya tapi tetap
dengan pekerjaan yang sama.Menurut Chris Bull dalam bukunya yang berjudul an introduction to leisure studies menjelaskan pengertian waktu luang adalah jika seseorang sedang tidak bekerja, maka ia memiliki waktu luang. Dengan kata lain: waktu luang=tidak bekerja.
I.
Mendefinisikan nilai pekerjaan, apa yang dicari
dalam pekerjaan dan fungsi psikologi dari pekerjaan ?
·
Definisi nilai perkerjaan. Nilai pekerjaan adalah
bahwa nilai dari apa yang kita kerjakan sebenarnya sangat bergantung kepada
cara berpikir kita terhadap pekerjaan itu. Sekecil apapun pekerjaan yang kita
lakukan, jika kita memahami bahwa pekerjaan itu adalah bagian dari sebuah
perencanaan besar, atau bahwa pekerjaan itu adalah proses menuju terwujudnya
sesuatu yang besar, maka tidak akan ada lagi perasaan kecil dalam hati kita
ketika mengerjakan pekerjaan itu.
·
Apa yang dicari dalam pekerjaan. Yang dicari dalam
pekerjaan adalah kenikmatan dalam bekerja, kenyamanan dalam bekerja dan
kepuasan kerja. Dimana bagian dari sebuah perencanaan besar atau bahwa
pekerjaan itu menuju proses terwujudnya suatu yang besar. Aspek yang paling
memuaskan dalam bekerja seperti keramah tamahan sesame rekan kerja. Kesempatan
untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan pekerjaan, dan kehormatan yang
diterima oleh rekan sepekerjaan.
·
Fungsi psikologi dari pekerjaan. Fungsi psikologinya
yaitu: Lebih bisa mandiri, lebih kreatif berfikir logis. Bahkan orang
yang sudah mendapatkan banyak uang tidak akan mau mengurangi waktu dan energy
yang di habiskan oleh pekerjaan mereka.kemampuan karena kebutuhan akan
penghargaan dan penguasaan (Morgan,1972)
II.
Menjelaskan fase-fase dalam memilih pekerjaan
Ada enam tahapan yang
harus dijalani oleh seorang calon tenaga kerja, yaitu:
1. Tahap penyerahan surat
lamaran
2. Tahap wawancara awal
3. Tahap ujian psikotes
(wawancara)
4. Tahap penilaian
akhir
5. Tahap pemberitahuan wawancara akhir.
6. Tahap penerimaan
1. Ketertarikan
2. Penghargaan
3. Keakraban
4. Kebosanan
III. Menjelaskan hubungan
antara karakteristik pribadi dengan karakteristik pekerjaan dalam memilih
pekerjaan yang cocok
Memilih pekerjaan yang
cocok memeang tidak mudah, perlu proses dan harus memilih dengan benar jika
tidak, nanti menjalani pekerjaan itu malah malas-malasan. Hubungan antara karakteristik pribadi dan
karakteristik pekerjaan dalam memilih pekerjaan yang cocok. Orang yang
memiliki perpaduan Koleris dan Sanguin (atau sebaliknya), biasanya
memiliki kemampuan untuk memimpin karena semangat dan kepercayaan dirinya.
Orang yang memiliki perpaduan Sanguin dan Plegmatis (atau sebaliknya), biasanya
memiliki kemampuan dalam membina relasi dan persahabatan. Orang yang memiliki
perpaduan Plegmatis dan Melankolis (atau sebaliknya), biasanya punya kemampuan
untuk menganalisa karena ketelitian dan kecermatannya. Orang yang memiliki
perpaduan Melankolis dan Koleris (atau sebaliknya), biasanya punya semangat
kerja dan produktivitas yang sangat tinggi.
Masing-masing kepribadian memiliki kecocokan dalam bidang pekerjaan tertentu :
Masing-masing kepribadian memiliki kecocokan dalam bidang pekerjaan tertentu :
· Seorang Sanguinis cocok
dalam bidang pekerjaan : presenter, penyiar, sales, pengacara, tour leader dan
selebriti.
· Seorang Koleris cocok
dalam bidang pekerjaan : direktur, owner perusahaan, bos dan dokter.
· Seorang Melankolis
cocok dalam bidang pekerjaan : keuangan, komputer, R&D/QC, Hakim dan
Notaris.
· Seorang Plegmatis cocok
dalam bidang pekerjaan : staf administrasi, konselor dan customer service.
Setelah kita mengetahui
tipe
kepribadian dari hasil tes, kita bisa menentukan bidang pekerjaan apa yang bisa kita
jadikan sebagai karir. Tentu bukan berarti jika sudah cocok antara kepribadian
dengan bidang
pekerjaan akan memastikan seseorang bisa berhasil. Hal itu tidak akan terlepas dari
kemauan, usaha dan restu dari Allah Tuhan Yang Maha Kuasa.
IV.
Menjelaskan tentang
kepuasan kerja dan penyesuaian diri dalam pekerjaan
Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam manajemen
sumber daya manusia, karena secara langsung maupun tidak langsung akan
berpengaruh terhadap produktifitas kerja. Robbins (2003) menyatakan bahwa
kepuasan kerja berkenaan dengan kesesuaian antara harapan dengan kenyataan yang
tersedia. Kepuasan kerja yang rendah akan berdampak negatif terhadap
perkembangan mutu asuhan/pelayanan. Menurut As’ad (2001) kepuasan kerja dapat
berpengaruh terhadap perilaku pegawai antara lain produktifitas, absentisme
kecelakaan kerja dan pengunduran diri. Begitu pula menurut Keith dan Davis
(1985, dalam Mangkunegara, 2000) mengemukakan bahwa pada organisasi yang
kepuasan pegawainya kurang terdapat angka pengunduran pegawai lebih tinggi.
Kepuasan kerja dipengaruhi oleh banyak faktor dan salah satunya adalah gaya
kepemimpinan dari seseorang yang secara organisatoris berada pada hierarki yang
lebih tinggi dari dirinya, hal ini diasumsikan bahwa bekerja tanpa adanya
arahan akan mengakibatkan pekerjaan menjadi tidak sesuai denganapa yang
diinginkan dan akan mengakibatkan menurunnya motivasi untuk bekerja (Yukl,
2001). Peningkatan motivasi ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan pemimpin dalam
mempengaruhi kegiatan organisasi (Hersey & Blanchard, 1977, dalam La
Monica, 1998).
V.
Menjelaskan bagaimana
mengisi waktu luang dengan cara positif
Menurut Muhammad Adil Khithab berpendapat bahwa waktu luang adalah waktu
bebas yang oleh seseorang diisi sesuai dengan kegiatan yang dikehendakinya.
Waktu Luang memiliki beberapa pengertian, antara lain: Menurut Rabiltuz waktu
luang adalah waktu yang tersisa dari pekerjaan yang diharuskan atau sisa waktu
belajar atau waktu untuk melaksanakan kewajiban sehari-hari. Waktu luang adalah
waktu bebas yang tersisa dari serangkaian kegiatan kehidupan sehari-hari atau
setelah melaksanakan kewajiban dan kepentingan hidup.Waktu luang tersebut bebas
diisi dengan kegiatan yang diinginkan dan disukai.
Meluangkan
waktu itu ternyata penting dan banyak cara/kegiatan positif yang bisa dilakukan
untuk mengisi waktu luang. Misalnya olahraga, jalan-jalan, melakukan hobby,
atau ngeblog. Selain itu, mengisi waktu luang setelah kesibukan yang mendera
ibarat bayaran dari pekerjaan itu sendiri. Kita tidak pernah menduga kalau
kegiatan yang dilakukan di saat waktu luang bisa juga menghasilkan atau
mendapat penghargaan. Siapa yang tahu kalau suatu saat nanti, kegiatan yang
dilakukan di waktu luang, bisa menjadi penghasilan terbesar.
Menurut Gibbons (2002),
self directed learning adalah peningkatan pengetahuan, keahlian prestasi, dan
mengembangkan diri dimana individu menggunakan banyak
metode dalam banyak situasi dalam setiap waktu. Self directed learning
diperlukan karena dapat memberikan kemampuan untuk mengerjakan tugas, untuk
mengkombinasikan perkembangan kemampuan dengan perkembangan karakter dan
mempersiapkan untuk mempelajari seluruh kehidupan mereka. Self directed
learning meliputi bagaimana belajar setiap harinya, bagaimana seseorang dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan yang cepat berubah, dan bagaimana seseorang
dapat mengambil inisiatif sendiri ketika suatu kesempatan tidak terjadi atau
tidak muncul.
VI.
Bagaimana cara
meningkatkan kontrol diri ?
Dalam
perkembangan kontrol-diri, beberapa ahli menganggap bahwa pada usia remaja
kontrol-diri sudah mencapai akhir perkembangan, penelitian membuktikan bahwa
kontrol-diri yang rendah pada masa remaja berhubungan dengan kontrol-diri yang
rendah pula pada masa dewasa.
Kontrol-diri
dapat ditingkatkan melalui beberapa cara berfikir yang saling berhubungan :
1. Global Processing, mencoba fokus pada gambaran besar dari tujuan hidup atau cita-cita kita, sehingga setiap kegiatan atau tindakan kita dilihat sebagai bagian dari pencapaian tujuan akhir.
2. Abstrac listening, mencoba menolak detil-detil dalam situasi khusus untuk membawa kita berfikir bagaimana tindakan kita sesuai dengan rencana kerja kita secara keseluruhan. Contohnya : seseorang mungkin harus mengurangi berfikir tentang detil-detil beratnya latihan fisik tetapi mencoba untuk fokus pada gambaran fisik yang ideal yang akan dicapai bila dia tetap menjalankan latihan dengan baik.
3. High-level categorization, berfikir tentang konsep tingkat tinggi daripada keadaan yang khusus atau sesaat. Katagorisasi tugas dapat membantu kita untuk mengatur fokus dan mencapai disiplin-diri yang lebih besar.
1. Global Processing, mencoba fokus pada gambaran besar dari tujuan hidup atau cita-cita kita, sehingga setiap kegiatan atau tindakan kita dilihat sebagai bagian dari pencapaian tujuan akhir.
2. Abstrac listening, mencoba menolak detil-detil dalam situasi khusus untuk membawa kita berfikir bagaimana tindakan kita sesuai dengan rencana kerja kita secara keseluruhan. Contohnya : seseorang mungkin harus mengurangi berfikir tentang detil-detil beratnya latihan fisik tetapi mencoba untuk fokus pada gambaran fisik yang ideal yang akan dicapai bila dia tetap menjalankan latihan dengan baik.
3. High-level categorization, berfikir tentang konsep tingkat tinggi daripada keadaan yang khusus atau sesaat. Katagorisasi tugas dapat membantu kita untuk mengatur fokus dan mencapai disiplin-diri yang lebih besar.
VII.
Bagaimana cara
menetapkan suatu tujuan ?
Betapapun
keadaan anda saat ini tidak menjadi masalah, yang penting adalah kemana tujuan anda.
Menetapkan tujuan adalah langkah pertama yang menggerakkan anda dari posisi
anda sekarang ke posisi yang sebenarnya anda inginkan. Kesuksesan dan
pencapaian bukanlah suatu kebetulan; semua itu adalah hasil dari keinginan dan
tujuan yang disertai tindakan untuk memenuhinya. Menetapkan tujuan meliputi
memutuskan target- target yang harus dicapai dalam area- area hidup, memastikan
anda tahu apa yang anda mau lakukan dan miliki, dan mengambil langkah konkret
mengarahkan sumber daya anda kesana.
Kalau anda tidak menetapkan tujuan anda, orang lain yang akan menetapkan buat anda. Kalau anda tidak menetapkan tujuan finansial, iklan dan pemasaran lah yang memutuskan bagaimana anda membelanjakan uang anda. Kalau anda tidak menetapkan tujuan karir, boss anda lah yang menentukan berapa jam anda bekerja, dan posisi anda sepuluh tahun dari sekarang. Kalau anda tidak menetapkan tujuan kontribusi, penggalang dana lah yang memutuskan untuk apa dan siapa donasi anda akan disalurkan.
Dalam suatu studi melibatkan 1,500 anak berbakat, Dr. Lewis Terman dari Stanford University mencari tahu hubungan antara kepintaran dan pencapaian dalam hidup. Hasil penemuannya luar biasa: IQ bukan bahan utama untuk sukses, melainkan tiga faktor yaitu kepercayaan diri, ketekunan, dan kecenderungan menetapkan tujuan.
Tetapkan tujuan dan rancanglah hidup untuk meraih mimpi anda. Maksimalkan waktu, uang, dan tenaga menghidupi impian anda. Bukan mencoba menyelipkan mimpi anda ke dalam kesibukan dan kekacauan hidup. Kita semua cuma hidup sekali. Mulailah hidup sebaik- baiknya, jadilah apapun sebisa anda dan jangan menunda lagi.
Dalam bukunya, Stephen R Covey mengatakan bahwa kebiasaan pertama dari orang yang efektif adalah proaktif. Ini berarti mereka bertanggung jawab atas hasil yang mereka peroleh dan melihat dirinya sebagai penentu dari nasib sendiri. Kebiasaan kedua adalah mereka memulai dengan tujuan akhir dalam pikiran, yang berarti mereka memutuskan apa yang ingin mereka capai. Mereka tahu bahwa mereka memiliki pilihan, bagaimanapun keadaannya. Mindset nya adalah “Saya bertanggung jawab atas diri saya, dan saya mempunyai pilihan.”
Komponen utama hidup yang memuaskan adalah visi-tahu apa yang anda inginkan-, perencanaan, dan pelaksanaan; layaknya tempat tujuan, peta, dan kendaraan. Target anda adalah tempat tujuan anda.
Bermimpilah sebesar- besarnya, visualisasikan pencapaian anda, dan bayangkan anda mencapai tujuan- tujuan tesebut. Lihatlah hari- hari yang akan anda jalani, perasaan anda, dan kepuasan anda. Segera tuliskan mimpi- mimpi tersebut. Anda bisa mengambil secangkir kopi dan memutar lagu favorit sembari kembali ke masa kanak- kanak memikirkan masa depan anda. Tuliskan sebanyak- banyaknya, karena anda akan menyeleksinya.
Kalau anda tidak menetapkan tujuan anda, orang lain yang akan menetapkan buat anda. Kalau anda tidak menetapkan tujuan finansial, iklan dan pemasaran lah yang memutuskan bagaimana anda membelanjakan uang anda. Kalau anda tidak menetapkan tujuan karir, boss anda lah yang menentukan berapa jam anda bekerja, dan posisi anda sepuluh tahun dari sekarang. Kalau anda tidak menetapkan tujuan kontribusi, penggalang dana lah yang memutuskan untuk apa dan siapa donasi anda akan disalurkan.
Dalam suatu studi melibatkan 1,500 anak berbakat, Dr. Lewis Terman dari Stanford University mencari tahu hubungan antara kepintaran dan pencapaian dalam hidup. Hasil penemuannya luar biasa: IQ bukan bahan utama untuk sukses, melainkan tiga faktor yaitu kepercayaan diri, ketekunan, dan kecenderungan menetapkan tujuan.
Tetapkan tujuan dan rancanglah hidup untuk meraih mimpi anda. Maksimalkan waktu, uang, dan tenaga menghidupi impian anda. Bukan mencoba menyelipkan mimpi anda ke dalam kesibukan dan kekacauan hidup. Kita semua cuma hidup sekali. Mulailah hidup sebaik- baiknya, jadilah apapun sebisa anda dan jangan menunda lagi.
Dalam bukunya, Stephen R Covey mengatakan bahwa kebiasaan pertama dari orang yang efektif adalah proaktif. Ini berarti mereka bertanggung jawab atas hasil yang mereka peroleh dan melihat dirinya sebagai penentu dari nasib sendiri. Kebiasaan kedua adalah mereka memulai dengan tujuan akhir dalam pikiran, yang berarti mereka memutuskan apa yang ingin mereka capai. Mereka tahu bahwa mereka memiliki pilihan, bagaimanapun keadaannya. Mindset nya adalah “Saya bertanggung jawab atas diri saya, dan saya mempunyai pilihan.”
Komponen utama hidup yang memuaskan adalah visi-tahu apa yang anda inginkan-, perencanaan, dan pelaksanaan; layaknya tempat tujuan, peta, dan kendaraan. Target anda adalah tempat tujuan anda.
Bermimpilah sebesar- besarnya, visualisasikan pencapaian anda, dan bayangkan anda mencapai tujuan- tujuan tesebut. Lihatlah hari- hari yang akan anda jalani, perasaan anda, dan kepuasan anda. Segera tuliskan mimpi- mimpi tersebut. Anda bisa mengambil secangkir kopi dan memutar lagu favorit sembari kembali ke masa kanak- kanak memikirkan masa depan anda. Tuliskan sebanyak- banyaknya, karena anda akan menyeleksinya.
VIII.
Bagaimana cara menyusun
konsekuensi yang efektif ?
1. Jangan membuat garis terlalu tipis. Garis harus tampak dilihat dari jauh
dalam ukuran ruangan
2. Buatlah selalu garis dengan konsisten.bolehlah menggunakan 2 garis yang
berbeda tapi sebaiknya tidak lebih
3. Gunakan hanya satu macam tanda panah karena audience yang dibelakang tidak
bisa membedakan
4. Gunakan satu macam garis putus
5. Menggunakan shape lebih bagus daripada garis karena shape tampak lebih
menarik untuk design yang simple
IX.
Bagaimana menerapkan
rencana intervensi ?
Intervensi
dimaksudkan untuk menetapkan cara-cara apakah yang patut dipergunakan untuk
merencanakan perbaikan berdasarkan masalah yang ditemukan dalam proses diagnosa
dan pemberian umpan balik.
Kriteria dari suatu intervensi yang
efektif antara lain adanya informasi yang benar dan bermanfaat, kebebasan
memilih, dan keterikatan di dalam.
1. Dengan
informasi yang benar dan bermanfaat dimaksudkan segala bahan keterangan tentang
masalah organisasi yang diperoleh ketika proses diagnosa. Bahan keterangan
tersebut bukan karangan dari konsultan atau klien melainkan benar-benar terjadi
dan berlaku secara nyata dalam kegiatan organisasi. Selain itu bahan keterangan
tersebut berkaitan dengan persoalan yang sedang dipecahkan, sehingga bahan
keterangan tersebut bermanfaat bagi perbaikan organisasi. Oleh karena itu tugas
pertama bagi konsultan ialah mencari informasi yang benar dan bermanfaat
tersebut. Kalau tugas ini tidak berhasil dilaksanakan, artinya konsultan tidak
memperoleh data yang benar dan relevan kiranya sulit bisa dilakukan intervensi
yang tepat.
2. Dengan
kebebasan memilih dimaksudkan bahwa tempat pembuatan suatu keputusan itu
terletak pada posisi klien. Klien sama sekali bebas memilih alternatif dalam
pembuatan keputusan. Ia tidak tergantung kepada konsultan. Tidak ada suatu
tindakan atau alternatif tindakan yang datang secara otomatis, tersusun rapi
tinggal dipakai, atau dipaksa untuk dipakai. Dengan demikian kebebasan memilih
ini ditekankan bahwa tidak ada paksaan pada klien untuk memilih dan membuat
keputusan.
3. Dengan
keterikatan kedalam dimaksudkan untuk memberikan penekanan bahwa klien
mempunyai tanggung jawab untuk tetap terikat pada pelaksanaan dari rencana atau
keputusan yang telah dibuat.
X.
Apa saja yang dilakukan
dalam proses evaluasi ?
Tahap yang
dijalankan dalam lesson study terdiri atas 3 tahap, antara lain sebagai
berikut:
1. Tahap Perencanaan (Plan). Pada tahap ini, tim guru/dosen melakukan proses perencanaan yang matang dan tersistematis. Selanjutnya menyiapkan berbagai keperluan pada proses pelaksanaan kedepannya, seperti melengkapi perangkat pembelajaran/pengajaran, media pengajaran dan lain sebagainya.
2.Tahap Pelaksanaan (Do). Tahap berikutnya adalah melaksanakan atau mengimplementasikan apa saja yang telah kita rencanakan secara matang. Pada proses ini, tentu saja ada yang menjadi guru/dosen model dan anggota tim lainnya menjadi pengamat (observer). Tahapan ini guru/dosen model menyampaikan konsep dan materi pengajaran seperti biasanya tanpa ada tekanan atau sikap ketidak percayaan diri dalam proses tersebut. Adapun para pengamat mencatat segala aktifitas yang dianggap kurang dan perlu untuk dikoreksi dan disampaikan kepada guru/dosen model setelah kelas selesai. Catatan tersebut bukan hanya aktifitas model tetapi aktifitas siswa juga.
3. Tahap Evaluasi (See). Tahap terakhir adalah evaluasi, tahapan ini tim guru/dosen kembali berembug atau berdiskusi tentang data atau hasil rekaman yang didapatkan dari proses pengajaran guru/dosen model tersebut. Evaluasinya tentu saja membicarakan hal yang terbaik, dimanakah titik kelemahan dan kelebihan dari proses pengaplikasian proses pembelajaran.
Sumber : Davis, K. & Newstrom, J.W., (2000). Perilaku dalam organisasi.
Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar