Jumat, 17 Mei 2013

TUGAS 3 (Tugas Portopolio)


A. Hubungan Interpersonal 


Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa semakin baik hubungan interpersonal, maka semakin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga semakin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
  • Menjelaskan model pertukaran sosial dan analisis transaksional 
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan    dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang pemuka dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut: “Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya“. Dengan demikian, orang berniat untuk menjalin hubungan dengan orang lain karena dilandasi oleh adanya keinginan untuk mendapat keuntungan, yaitu memenuhi kebutuhannya asumsi teori ini, setiap individu secara sadar merasa nyaman menjalin hubungan interpersonal hanya selama hubungan terbut memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya (reward dan cost). Bagi orang yang tidak mampu secara ekonomi, ganjaran berupa uang memiliki nilai yang amat tinggi, Dengan demikian seseorang secara suka rela menjalin hubungan dengan orang lain, sepanjang ganjaran berupa penghasilan atau uang yang diharapkan itu dapat terwujud. Dalam hal ini seorang wanita pengemudi bentor yang tetap setia berhubungan dengan para pelanggannya agar tetap menerima ganjaran (reward) berupa uang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dan bagi pelanggannya juga tetap mendapatkan ganjaran (reward) berupa pelayanan yang nyaman, mudah dihubungi untuk diantarkan ketika ingin bepergian ketempat yang dituju. Sedangkan biaya didefinisikan sebagai akibat yang dinilai negatif yang terjadi di dalam suatu hubungan. Biaya bisa berupa uang, waktu, usaha, konflik, pemikiran, kecemasan dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi yang lain yang dapat mengakibatkan efek-efek yang tidak menyenangkan. Ganjaran dan biaya berubah-ubah sesuai dengan waktu dan orang yang terlibat didalamnya. Dalam prespektif teori pertukaran sosial ini, ketika seseorang menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, maka akan selalu melakukan perhitungan tentang hasil atau laba dari hubungan itu. Hasil atau laba adalah ganjaran dikurangi biaya. Dalam hal ini seorang pengemudi bentor membutuhkan jaringan entah itu dari mulut kemulut atau melalui telepon (biaya) sehingga dapat dihubungi oleh siapa saja yang membutuhkan jasanya (ganjar). Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. AT dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya.

  • Menjelaskan pembentukan kesan dan ketertarikan Interpersonal dalam memulai hubungan

Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal          menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya. Menurut Charles R. Bergerinformasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu: informasi demografis; sikap dan pendapat (tentang orang atau objek); rencana yang akan datang; kepribadian; perilaku pada masa lalu; orang lain; hobi dan minat.

  • Menjelaskan model peran, konflik dan Adequacy Peran, serta autentisitas dalam hubungan peran
Model Peran menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan peranannya.
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara duaorang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut.
Adequacy Peran dan Autentisitas Dalam Hubungan Peran. Kecukupan perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.

  • Menjelaskan Intimasi dan Hubungan Pribadi
Sebagai konsekuensi adanya daya tarik menyebabkan interaksi sosial antar individu menjadi spesifik atau terjalin hubungan intim. Orang-orang tertentu menjadi istimewa buat kita, sedangkan orang lain tidak. Orang-orang tertentu menjadi sangat dekat dengan kita, dibandingkan orang lain. Adapun bentik intim terdiri dari persaudaraan, persahabatan, dan percintaan. Lebih jauh mengenai bentuk-bentuk hubungan intim tersebut dapat dijelaskan pada bagian berikut :
Persaudaraan
Hubungan intik ini didasarkan pada hubungan darah. Hunungan intim interpersonal dalam persaudaraan terdapat hubungan inti ssperti dalam keluarga kecil. Pada persaudaraan itu didlamnya terkandung proximitas dan keakraban.
Persahabatan
Persahabatan biasanya terjadi pada dua individu yang didasarkan pada banyak persamaan. Utamanya persamaan usia. Hubungan dalam persahabatan tidak hanya sekedar teman, lebih dari itu diantara mereka terjalin interaksi yang sangat tinggi sehingga mempunyai kedekatan psikologis. Indikasi atau tanda-tanda bila dalam hubungan interpersonal terjadi persahabatan yaitu : sering bertemu, merasa bebas membuka diri, bebasmenyatakan emosi, dan saling tergantung diantara mereka.
Percintaan
Persabatan antar priab dan wanita bisa berubah mejadi cinta, jika dua individu itu merasa sebagai pasangan yang potensial seksual. Dalam suatu persahabatan, dapat melahirkan satu proses yang namanya jatuh cinta. Hal ini terjadi karena ada dua perbedaan mendasar antara persahabatan dan cinta.

  •  Menjelaskan Intimasi dan Pertumbuhan
Apapun alasan untuk berpacaran, untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan kita.
Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena : kita tidak mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh, kita tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan, kita tidak percaya pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang rahasia, kita dibentuk menjadi orang yang berkepribadian tertutup, dan kita memulai pacaran bukan dengan cinta yang tulus.

B. Cinta dan Perkawinan

Cinta adalah suatu istilah yang jarang disebut oleh lisan, tetapi hanya terlihat melalui gejala-gejalanya tang terpendam di relung-relung jiwa orang yang bersangkutan. Cinta adalah perasaan jiwa, getaran hati, pancaran naluri, dan terpautnya hati orang yang mencintai pada pihak yang dicintainya, dengan semangat yang menggelora dan wajah yang selalu menampilkan keceriaan. Cinta dalam pengertian seperti ini merupakan perasaan mendasar dalam diri manusia, yang tidak bisa terlepas dan merupakan sesuatu yang esensial. Dalam banyak kesempatan, cinta muncul untuk mengontrol keinginan kearah yang lebih baik dan positif. Hal ini dapat terjadi jika orang yang mencintai menjadikan cintanya sebagai sarana untuk meraih hasil yang baik dan mulia guna meraih kehidupan sebagaimana kehidupan orang-orang pilihan dan suci serta orang-orang yang bertaqwa dan selalu berbuat baik.
  • Menjelaskan bagaimana memilih pasangan
Memiliki lebih banyak persamaan dalam bidang ilmu pengetahuan seperti politik, keagamaan, hobi atau yang lainnya. Semakin banyak persamaan, tentu saja semakin baik dan semakin kompak. Kesamaan visi dan misi dapat dicapai sehingga anda berdua tahu harus menuju kemana. Selain itu dalam suatu diskusi akan tercapai keadaan dimana anda berdua sama tinggi, dimana satu sama lain adalah berdiskusi, tidak saling memerintahkan.
Reaksi emosi yang dimiliki pasangan adalah sama dalam menghadapi suatu kejadian atau peristiwa seperti kegembiraan, kesedihan, keterkejutan dan simpatik. Hal ini akan membuat anda berdua tidak memiliki ketimpangan emosi. Akan sangat lucu sekali ketika anda bersedih karena sesuatu sedangkan pasangan anda justru tertawa karena menganggapnya lucu. Jika hanya terjadi sesekali itu tidak masalah, namun jika sering dan terus terjadi maka bisa menimbulkan salah paham dan pertikaian.
Memiliki pemahaman yang sama mengenai hubungan seperti keakraban, kebebasan, kebergantungan, pemberian dan pengorbanan. Pemahaman tentang hubungan yang sama ini dapat menggiring anda dan pasangan untuk saling mengerti, ada di tahap mana anda berdua sedang berada. Ini tentu saja untuk menunjukkan betapa serius anda atau si dia menjalin hubungan.
Selalu memupuk sifat yang disukai dalam diri dan memamerkannya pada pasangan. Pasangan yang baik akan selalu memperbaiki diri untuk membuat pasangannya lebih baik dan lebih nyaman.
Mereka yang mengasihi pasangan bukan karena tampang, harta dan keturunan. Namun pasangan yang mencintai anda dengan tulus karena anda. Begitu pula dengan anda, haruslah mencintai  pasangan karena dia, bukan hal yang lainnya.
Cari pasangan yang sealu membantu anda dalam mengukuhkan imej diri anda dan mendukung semangat dan menyakinkan diri anda, begitu pula sebaliknya.
Pasangan yang suka memuji dan memotivasi pasangannya dengan ikhlas dan tidak suka berbohong. Kejujuran adalah salah satu kunci besar dari hubungan yang harmonis dan menyenangkan. Kejujuran pula akan membuat hidup anda berdua menjadi lebih nyaman.
  • Menjelaskan Seluk Beluk Hubungan dalam Perkawinan
Cobalah lihat pasangan sebagai cermin Anda dalam berperilaku. Dimulai dengan menanyakan pada diri sendiri, apakah selama ini, perlakuan pasangan terhadap Anda sudah dapat Anda terima.  Jika belum, kontemplasikan hal ini.  Siapa tahu sebetulnya penyebabnya adalah diri Anda sendiri. Misalnya seperti kisah Rina dan Rudi.  Rina merasa Rudi tidak pernah menghargainya sebagai istri. Namun setelah dikontemplasikan, ternyata semua berawal dari perilaku Rina yang sejak awalnya tidak menghargai dirinya sendiri.  Dari awal ia tidak bereaksi jika Rudi melecehkan dirinya. Ia hanya menyimpan rasa sakit hati tanpa berani mengungkapkannya. Bahkan ia merasa bahwa dirinya pantas diperlakukan seperti itu oleh sang suami. Jika ia bisa lebih tegas terhadap Rudi dan secara asertif mengatakan bahwa dia tidak mau Rudi memperlakukannya dengan semena-mena, pasti Rudi juga tidak akan berani berlaku sembarangan terhadap dirinya.  Rina harus berani menganggap dirinya berharga, jika mau dihargai oleh suaminya sendiri. 
Coba tinjau kembali interaksi dengan pasangan. Apakah hal itu dilakukan atas dasar kepatutan, merasa bahwa sudah seharusnya suami dan istri berperilaku seperti itu, karena takut dengan penilaian orang, atau merasa bahwa memang itulah yang terbaik dilakukan demi kelangsungan hubungan dengan pasangan. Misalnya kisah Marwan dan Ratna.  Ratna selalu menuntut Marwan untuk menemaninya ke beberapa acara keluarga, padahal ada saat-saat dimana Marwan benar-benar sibuk dengan pekerjaannya. Ratna merasa bahwa sebagai suami dan istri sudah sepantasnya mereka selalu terlihat bersama. Sama halnya dengan aturan Reza terhadap dirinya sendiri untuk selalu mengantar jemput Raina di manapun ia berada, karena merasa bahwa seorang suami sudah sepatutnya mengantar jemput istri.  Coba bicarakan apa yang terbaik bagi pasangan dengan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi.  Dan buatlah penyesuaian yang paling tepat bagi kelanggengan hubungan antara Anda dan si dia.
Cobalah bersama-sama meninjau kembali hubungan yang terjalin selama ini, dengan menjadikan pernikahan sebagai kendaraan bagi Anda dan dia untuk saling bercermin, mengenali diri sendiri dan pasangan dengan lebih baik, tumbuh bersama-sama dan saling bertransformasi menjadi pribadi yang lebih baik daripada sebelumnya.   Menerima pasangan apa adanya, saling mendukung dan memberi masukan, akan menjadikan hubungan dengan dia menjadi semakin dalam dan berarti.
Jadikan Anda dan dia sebagai satu tim yang solid dan kompak dalam menghadapi berbagai  hambatan yang ditemui sepanjang perjalanan.  Lihatlah masalah sebagai tantangan untuk dipecahkan serta alat bantu yang dapat mendewasakan hubungan Anda dan dia. Dengan bersama-sama melihat hambatan sebagai tantangan yang menarik untuk dipecahkan bersama, maka rasanya tidak akan ada masalah yang terlalu sulit untuk diselesaikan.
  • Menjelaskan Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Penyesuaian Perkawinan Hurlock (2000), mendefinisikan penyesuaian pernikahan sebagai proses adaptasi antara suami dan istri, dimana suami dan istri tersebut dapat mencegah terjadinya konflik dan menyelesaikan konflik dengan baik melalui proses penyesuaian diri. Lasswel & Lasswel (1987), mengatakatan bahwa penyesuaian pernikahan adalah dua individu yang belajar untuk mengakomodasi kebutuhan, keinginan, dan harapan masing-masing, ini berarti mencapai suatu derajat kebahagiaan dalam hubungan. Penyesuaian pernikahan bukan suatu keadaan absolut melainkan suatu proses yang panjang karena setiap orang dapat berubah sehingga setiap waktu masing-masing pasangan harus melakukan penyesuaian pernikahan. Penyesuaian pernikahan juga merupakan suatu proses memodifikasi, mengadaptasi dan mengubah individu dan pola perilaku pasangan serta adanyainteraksi untuk mencapai kepuasan yang maksimum dalam pernikahan (DeGenova, 2008). Atwater (1990), juga menambahkan bahwa penyesuaian pernikahan merupakan perubahan dan penyesuaian dalam kehidupan pernikahan yang meliputi beberapa aspek dalam kehidupan pernikahan, seperti penyesuaian terhadap hidup bersama, penyesuaian peran baru, penyesuaian terhadap komunikasi dan penyelesaian konflik, serta penyesuaian terhadap hubungan seksual dalam pernikahan dan penyesuaian terhadap kewarganegaraan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian pernikahan adalah suatu proses dimana dua orang yang memasuki tahap pernikahan dan mulai membiasakan diri dengan situasi baru sebagai suami istri yang saling menyesuaikan dengan kepribadian, lingkungan, kehidupan keluarga, dan saling mengakomodasikan kebutuhan, keinginan dan harapan, serta saling menyesuaikan diri di beberapa aspek pernikahan untuk mencapai kepuasan maksimum dalam pernikahan.
Pertumbuhan dalam Perkawinan. Perkawinan bagi manusia adalah suatu keniscayaan. Dalam konteks teologis, perkawinan adalah sunnah atau ketentuan Tuhan, sebagaimana Nabi Adam a.s. diberi tempat oleh Allah SWT di surga dan baginya diciptakan Hawa untuk mendampingi, menjadi teman hidup, menghilangkan rasa kesepian, dan melengkapi fitrahnya untuk menghasilkan keturunan. Sebagai perbuatan manusia dewasa, perkawinan merupakan peristiwa yang dapat berlangsung setelah melalui pertimbangan baik rasional maupun emosional atau mental. Selain dipikirkan dan diterima oleh akal sehat, semua persiapan perkawinan adalah persiapan mental dari calon pasangan itu sendiri. Persiapan mental ini dimulai dari hal yang paling sederhana, yaitu mengenal dan memahami pasangan serta memahami arti perkawinan. Dalam tahap persiapan perkawinan, membina hubungan sosial yang romantis dan harmonis merupakan hal yang penting dan perlu dijalani. Dengan pertimbangan rasional dan emosional, perkawinan manusia dewasa akan semakin mantap, bahagia, dan langgeng ketika pasangan saling mengasihi dan saling menghargai. Cinta kasih harus diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari. Bentuk cinta kasih yang paling sederhana adalah memberikan ucapan terima kasih dan menyatakan permohonan maaf kepada pasangan. Terima kasih atas perhatian dan kasih sayang yang diberikan serta mohon maaf atas kesalahan yang dilakukan terhadapnya. Perbuatan kawin hanya pantas dilakukan oleh manusia dewasa, dalam pengertian manusia dewasa dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya. Setiap pasangan suami-istri yang dewasa memiliki level perkembangan psikologis yang lebih matang dibandingkan dengan pasangan yang melaksanakan perkawinan sebelum dewasa. Konsekuensinya, perkawinan yang dilakukan oleh pasangan yang belum mencapai taraf dewasa sulit berpikir dan bertindak secara bertanggungjawab.Keluarga sebagai basis inti masyarakat, adalah wahana yang paling tepat untuk memberdayakan manusia dan membendung berbagai faktor yang mendorong lahirnya berbagai bentuk frustrasi sosial. Pengertian ini bersifat aksiomatis dan universal dalam pengertian bahwa masyarakat mana saja memerlukan wahana pemberdayaan itu. Di Eropa misalnya, saat ini para sosiolog merasa gelisah karena prediksi kepunahan bangsa. Betapa tidak, tatanan, sakralitas dan antusiasme terhadap keluarga sudah tipis sekali di kalangan muda. Hal itu tentu saja berdampak buruk terhadap angka pertumbuhan penduduk. Berbagai penyakit sosialpun muncul. Mulai dari angka bunuh diri yang tinggi hingga anomali kemanusiaan yang lain.
  • Menjelaskan Perceraian dan Pernikahan Kembali
Perceraian. Perceraian adalah cerai hidup antara pasangan suami istri sebagai akibat darikegagalan mereka menjalankan obligasi peran masing-masing. Dalam hal ini perceraiandilihat sebagai akhir dari suatu ketidakstabilan perkawinan dimana pasangan suami istrikemudian hidup terpisah dan secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku (Erna, 1999). Perceraian merupakan terputusnya keluarga karena salah satu atau kedua pasanganmemutuskan untuk saling meninggalkan sehingga mereka berhenti melakukan kewajibannyasebagai suami istri. Ada beberapa penyebab perceraian, seperti berikut ini : Gagal berkomunikasi, Komunikasi merupakan hal terpenting dalam menjalin hubungan. Jika Anda dan pasangan kurang berkomunikasi atau tidak cocok dalam masalah ini, maka dapat menyebabkan kurangnya rasa pengertian dan memicu pertengkaran. Jika komunikasi Anda dan pasangan tidak diperbaiki, bukan tidak mungkin akan berujung pada perceraian. Tidak setia, Selingkuh merupakan penyebab lainnya perceraian. Sebelum melangkah ke jenjang pernikahan, ada baiknya Anda dan pasangan memegang kuat komitmen dan menjaga keharmonisan hubungan. Kekerasan dalam rumah tangga, Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) tidak hanya meninggalkan luka di fisik tetapi juga psikis. Oleh karena itu kenalilah pasangan Anda sebaik mungkin sebelum memutuskan menikah dengannya. Jangan malu untuk melaporkan KDRT yang Anda alami pada orang terdekat atau lembaga perlindungan. Masalah ekonomi, Pasangan dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhan materi keluarga, sehingga memutuskan untuk meninggalkannya. Pernikahan dini, Menikah di usia muda lebih rentan dalam hal perceraian. Hal ini karena pasangan muda belum siap menghadapi berbagai kesulitan dalam kehidupan pernikahan dan ego masing-masing yang masih tinggi. Perubahan budaya, Zaman semakin modern, jika dahulu perceraian dianggap hal yang tabu sekarang ini telah menjadi tren dan gaya hidup banyak pasangan.
Pernikahan Kembali, yang kita harapkan bahwa pernikahan itu satu untuk selamanya dan sekali dalam seumur hidup namun tidak semua orang merasakan pernikahan yang langgeng. Maka perceraian adalah jalan terbaik jika sudah tidak ada kecocokan antara kedua belah pihak. Kemudian bagaimana dengan pernikahan kembali setelah bercerai ? Mungkin pertanyaan itu sudah tidak asing lagi kita dengar. Pernikahan kembali memang kerap dilakukan oleh sebagian pasangan yang bercerai. Hal ini menunjukkan bahwa menghindari perzinaa yang dosa besar salah satunya adalah menikah kembali setelah bercerai. Memang tidak semua pasangan yang bercerai lalu menikah kembali. Tetapi hal ini di benarkan oleh publik bahwa menikah kembali itu bersifat nyata. Tentu saja dengan harapan agar hubungan pada pernikahan kembali semakin lebih baik dan yang masa lalu menjadi pelajaran yang berharga untuk tidak terulang kembali.
  • Menjelaskan Alternatif selain Pernikahan Membujang (single life)
Membujang, berasal dari kata bujang yang berarti keadaan belum / tidak kawin (pria yang belum beristri). Membujang menjadi salah satu alternatif bagi kaum yang tidak ingin menikah dengan berbagai faktor seperti belum menemukan jodoh yang klik, workaholic, belum mapan, cita-cita belum terwujud, menderita suatu penyakit, perceraian yang meningkat, hingga faktor pendidikan. Di California, 40 % wanita AS tidak pernah menikah, mereka tidak hanya menunda menikah untuk pertama kalinya, tapi banyak juga orang yang memutuskan untuk hidup bersama tanpa menikah. Arti tabattul (membujang), Imam an-Nawawi rahimahullah berkata: "Tabattul di sini ialah menjauhkan diri dari wanita dan tidak menikah karena ingin terus beribadah kepada Allah.
Hadits-hadits yang melarang hidup membujang cukup banyak, di antaranya, Hadits yang diriwayatkan al-Bukhari dari Sa’ad bin Abi Waqqash  Radhiyallahu anhu, ia mengatakan: "Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menolak hal itu pada ‘Utsman bin Mazh’un. Seandainya beliau membolehkan kepadanya untuk hidup membujang, niscaya kami membujang. Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia menuturkan: "Aku mengatakan: 'Wahai Rasulullah, aku adalah seorang pemuda dan aku takut memberatkan diriku, sedangkan aku tidak mempunyai sesuatu untuk menikahi wanita.' Tetapi beliau mendiamkanku. Kemudian aku mengatakan seperti itu lagi kepada beliau, tapi beliau mendiamkanku. Kemudian aku mengatakan seperti itu lagi, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 'Wahai Abu Hurairah, pena telah kering dengan apa yang engkau temui (alami); mengebirilah atau tinggal-kan. Bukankah engkau mendengar Allah Azza wa Jalla berfirman: ‘Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum-mu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan...’ [Ar-Ra’d/13:38]Oleh karena itu, janganlah engkau hidup membujang.Tidak Ada "Kepasturan (Kerahiban)" Dalam Islam.‘Aisyah Radhiyallahu anhuma menuturkan: “Aku menjenguk Khuwailah binti Hakim bin Umayyah bin Haritsah bin al-Auqash as-Salamiyyah, dan dia adalah isteri 'Utsman bin Mazh'un.” Ia melanjutkan: “Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat kondisi tubuhnya yang buruk, beliau bertanya kepadaku: ‘Wahai ‘Aisyah, apa yang memperburuk kondisi Khuwailah?’ Aku menjawab: ‘Wahai Rasulullah, ia seorang wanita yang mempunyai suami yang selalu berpuasa di siang hari dan bangun malam (untuk shalat). Ia seperti orang yang tidak mempunyai suami. Oleh karenanya, ia membiarkan dirinya dan menyia-nyiakannya.’ Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirim utusan kepada ‘Utsman bin Mazh’un (agar ia datang menghadap). Ketika dia datang kepada beliau, maka beliau bertanya: ‘Wahai ‘Utsman, apakah engkau membenci Sunnahku?’ Ia menjawab: ‘Tidak, demi Allah wahai Rasulullah, bahkan Sunnahmu yang aku cari.’ Beliau bersabda: ‘Sesungguhnya aku tidur, shalat, puasa, berbuka, dan menikahi beberapa orang wanita; maka bertakwalah kepada Allah wahai ‘Utsman, karena isterimu mempunyai hak atasmu, tamumu mempunyai hak atasmu, dan dirimu mempunyai hak atasmu. Oleh karenanya, berpuasalah dan berbukalah, shalatlah dan tidurlah.'"[6]



SUMBER :
  • Alam, Andi Sjamsu, 2006, Usia Ideal untuk Kawin, Sebuah Ikhtiar Mewujudkan Keluarga Sakinah, Kencana Mas Publishing House, Jakarta
  • HR. Al-Bukhari (no. 5076) kitab an-Nikaah, Muslim (no. 1404) kitab an-Nikaah, Ahmad (no. 3642) lihat Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 7832).     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar