A. Hubungan
Interpersonal
Hubungan interpersonal
adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi
pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita
berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga
menentukan relationship. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat
menyatakan bahwa semakin baik hubungan interpersonal, maka semakin terbuka
orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain
dan persepsi dirinya, sehingga semakin efektif komunikasi yang berlangsung
diantara komunikan.
- Menjelaskan model pertukaran sosial dan analisis transaksional
Model ini memandang
hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang
berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu
untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang
pemuka dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut: “Asumsi
dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara
sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan
tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya“. Dengan
demikian, orang berniat untuk menjalin hubungan dengan orang lain karena
dilandasi oleh adanya keinginan untuk mendapat keuntungan, yaitu memenuhi
kebutuhannya asumsi teori ini, setiap individu secara sadar merasa nyaman
menjalin hubungan interpersonal hanya selama hubungan terbut memuaskan ditinjau
dari segi ganjaran dan biaya (reward dan cost). Bagi orang yang tidak mampu
secara ekonomi, ganjaran berupa uang memiliki nilai yang amat tinggi, Dengan
demikian seseorang secara suka rela menjalin hubungan dengan orang lain,
sepanjang ganjaran berupa penghasilan atau uang yang diharapkan itu dapat
terwujud. Dalam hal ini seorang wanita pengemudi bentor yang tetap setia
berhubungan dengan para pelanggannya agar tetap menerima ganjaran (reward)
berupa uang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dan bagi pelanggannya juga
tetap mendapatkan ganjaran (reward) berupa pelayanan yang nyaman, mudah
dihubungi untuk diantarkan ketika ingin bepergian ketempat yang dituju. Sedangkan
biaya didefinisikan sebagai akibat yang dinilai negatif yang terjadi di dalam
suatu hubungan. Biaya bisa berupa uang, waktu, usaha, konflik, pemikiran,
kecemasan dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi yang lain yang dapat
mengakibatkan efek-efek yang tidak menyenangkan. Ganjaran dan biaya
berubah-ubah sesuai dengan waktu dan orang yang terlibat didalamnya. Dalam
prespektif teori pertukaran sosial ini, ketika seseorang menjalin hubungan
interpersonal dengan orang lain, maka akan selalu melakukan perhitungan tentang
hasil atau laba dari hubungan itu. Hasil atau laba adalah ganjaran dikurangi
biaya. Dalam hal ini seorang pengemudi bentor membutuhkan jaringan entah itu
dari mulut kemulut atau melalui telepon (biaya) sehingga dapat dihubungi oleh
siapa saja yang membutuhkan jasanya (ganjar). Analisis
Transaksional (AT) adalah salah
satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. AT
dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan
kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan.
Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh
klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan
yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk
membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya.
- Menjelaskan pembentukan kesan dan ketertarikan Interpersonal dalam memulai hubungan
Tahap ini sering
disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”,
ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi
kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan
nilai pihak yang lain. bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan
proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data
demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
Menurut Charles R. Bergerinformasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan
pada tujuh kategori, yaitu: informasi demografis; sikap dan pendapat (tentang
orang atau objek); rencana yang akan datang; kepribadian; perilaku pada masa
lalu; orang lain; hobi dan minat.
- Menjelaskan model peran, konflik dan Adequacy Peran, serta autentisitas dalam hubungan peran
Model Peran menganggap
hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus
memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat.
Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai
dengan peranannya.
Konflik Interpersonal
adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan
kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara duaorang yang berbeda
status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini
merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik
semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi
yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi
tersebut.
Adequacy Peran dan
Autentisitas Dalam Hubungan Peran. Kecukupan perilaku yang diharapkan pada
seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun
secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan harapan peran
yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu
agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain
menyangkut peran-peran tersebut.
- Menjelaskan Intimasi dan Hubungan Pribadi
Sebagai konsekuensi
adanya daya tarik menyebabkan interaksi sosial antar individu menjadi spesifik atau
terjalin hubungan intim. Orang-orang tertentu menjadi istimewa buat kita,
sedangkan orang lain tidak. Orang-orang tertentu menjadi sangat dekat dengan
kita, dibandingkan orang lain. Adapun bentik intim terdiri dari persaudaraan,
persahabatan, dan percintaan. Lebih jauh mengenai bentuk-bentuk hubungan intim
tersebut dapat dijelaskan pada bagian berikut :
Persaudaraan
Hubungan intik ini
didasarkan pada hubungan darah. Hunungan intim interpersonal dalam persaudaraan
terdapat hubungan inti ssperti dalam keluarga kecil. Pada persaudaraan itu
didlamnya terkandung proximitas dan keakraban.
Persahabatan
Persahabatan biasanya
terjadi pada dua individu yang didasarkan pada banyak persamaan. Utamanya
persamaan usia. Hubungan dalam persahabatan tidak hanya sekedar teman, lebih
dari itu diantara mereka terjalin interaksi yang sangat tinggi sehingga
mempunyai kedekatan psikologis. Indikasi atau tanda-tanda bila dalam hubungan
interpersonal terjadi persahabatan yaitu : sering bertemu, merasa bebas membuka
diri, bebasmenyatakan emosi, dan saling tergantung diantara mereka.
Percintaan
Persabatan antar priab
dan wanita bisa berubah mejadi cinta, jika dua individu itu merasa sebagai
pasangan yang potensial seksual. Dalam suatu persahabatan, dapat melahirkan
satu proses yang namanya jatuh cinta. Hal ini terjadi karena ada dua perbedaan
mendasar antara persahabatan dan cinta.
- Menjelaskan Intimasi dan Pertumbuhan
Apapun alasan untuk
berpacaran, untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta.
Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti proses
menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah
kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita
kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun
menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan
kita.
Keinginan setiap
pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati,
dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi
tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan
dan dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk
bisa terbuka terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena : kita
tidak mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh, kita tidak
menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan, kita
tidak percaya pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang
rahasia, kita dibentuk menjadi orang yang berkepribadian tertutup, dan kita
memulai pacaran bukan dengan cinta yang tulus.
B. Cinta dan Perkawinan
Cinta adalah suatu
istilah yang jarang disebut oleh lisan, tetapi hanya terlihat melalui gejala-gejalanya tang
terpendam di relung-relung jiwa orang yang bersangkutan. Cinta adalah perasaan
jiwa, getaran hati, pancaran naluri, dan terpautnya hati orang yang mencintai
pada pihak yang dicintainya, dengan semangat yang menggelora dan wajah yang
selalu menampilkan keceriaan. Cinta dalam pengertian seperti ini merupakan
perasaan mendasar dalam diri manusia, yang tidak bisa terlepas dan merupakan
sesuatu yang esensial. Dalam banyak kesempatan, cinta muncul untuk mengontrol
keinginan kearah yang lebih baik dan positif. Hal ini dapat terjadi jika orang
yang mencintai menjadikan cintanya sebagai sarana untuk meraih hasil yang baik
dan mulia guna meraih kehidupan sebagaimana kehidupan orang-orang pilihan dan
suci serta orang-orang yang bertaqwa dan selalu berbuat baik.
- Menjelaskan bagaimana memilih pasangan
Memiliki lebih banyak
persamaan dalam bidang ilmu pengetahuan seperti politik, keagamaan, hobi atau
yang lainnya. Semakin banyak persamaan, tentu saja semakin baik dan semakin
kompak. Kesamaan visi dan misi dapat dicapai sehingga anda berdua tahu harus
menuju kemana. Selain itu dalam suatu diskusi akan tercapai keadaan dimana anda
berdua sama tinggi, dimana satu sama lain adalah berdiskusi, tidak saling
memerintahkan.
Reaksi emosi yang
dimiliki pasangan adalah sama dalam menghadapi suatu kejadian atau peristiwa
seperti kegembiraan, kesedihan, keterkejutan dan simpatik. Hal ini akan membuat
anda berdua tidak memiliki ketimpangan emosi. Akan sangat lucu sekali ketika
anda bersedih karena sesuatu sedangkan pasangan anda justru tertawa karena
menganggapnya lucu. Jika hanya terjadi sesekali itu tidak masalah, namun jika
sering dan terus terjadi maka bisa menimbulkan salah paham dan pertikaian.
Memiliki pemahaman yang
sama mengenai hubungan seperti keakraban, kebebasan, kebergantungan, pemberian
dan pengorbanan. Pemahaman tentang hubungan yang sama ini dapat menggiring anda
dan pasangan untuk saling mengerti, ada di tahap mana anda berdua sedang
berada. Ini tentu saja untuk menunjukkan betapa serius anda atau si dia
menjalin hubungan.
Selalu memupuk sifat
yang disukai dalam diri dan memamerkannya pada pasangan. Pasangan yang baik
akan selalu memperbaiki diri untuk membuat pasangannya lebih baik dan lebih
nyaman.
Mereka yang mengasihi
pasangan bukan karena tampang, harta dan keturunan. Namun pasangan yang
mencintai anda dengan tulus karena anda. Begitu pula dengan anda, haruslah
mencintai pasangan karena dia, bukan hal
yang lainnya.
Cari pasangan yang
sealu membantu anda dalam mengukuhkan imej diri anda dan mendukung semangat dan
menyakinkan diri anda, begitu pula sebaliknya.
Pasangan yang suka
memuji dan memotivasi pasangannya dengan ikhlas dan tidak suka berbohong. Kejujuran
adalah salah satu kunci besar dari hubungan yang harmonis dan menyenangkan.
Kejujuran pula akan membuat hidup anda berdua menjadi lebih nyaman.
- Menjelaskan Seluk Beluk Hubungan dalam Perkawinan
Cobalah lihat pasangan
sebagai cermin Anda dalam berperilaku. Dimulai dengan menanyakan pada diri
sendiri, apakah selama ini, perlakuan pasangan terhadap Anda sudah dapat Anda
terima. Jika belum, kontemplasikan hal ini. Siapa tahu sebetulnya
penyebabnya adalah diri Anda sendiri. Misalnya seperti kisah Rina dan
Rudi. Rina merasa Rudi tidak pernah menghargainya sebagai
istri. Namun setelah dikontemplasikan, ternyata semua berawal dari
perilaku Rina yang sejak awalnya tidak menghargai dirinya sendiri. Dari
awal ia tidak bereaksi jika Rudi melecehkan dirinya. Ia hanya menyimpan rasa
sakit hati tanpa berani mengungkapkannya. Bahkan ia merasa bahwa dirinya
pantas diperlakukan seperti itu oleh sang suami. Jika ia bisa lebih tegas
terhadap Rudi dan secara asertif mengatakan bahwa dia tidak mau Rudi memperlakukannya
dengan semena-mena, pasti Rudi juga tidak akan berani berlaku sembarangan
terhadap dirinya. Rina harus berani menganggap dirinya berharga, jika mau
dihargai oleh suaminya sendiri.
Coba tinjau kembali
interaksi dengan pasangan. Apakah hal itu dilakukan atas dasar kepatutan,
merasa bahwa sudah seharusnya suami dan istri berperilaku seperti itu, karena
takut dengan penilaian orang, atau merasa bahwa memang itulah yang terbaik
dilakukan demi kelangsungan hubungan dengan pasangan. Misalnya kisah Marwan dan
Ratna. Ratna selalu menuntut Marwan untuk menemaninya ke beberapa acara
keluarga, padahal ada saat-saat dimana Marwan benar-benar sibuk dengan
pekerjaannya. Ratna merasa bahwa sebagai suami dan istri sudah sepantasnya
mereka selalu terlihat bersama. Sama halnya dengan aturan Reza terhadap dirinya
sendiri untuk selalu mengantar jemput Raina di manapun ia berada, karena merasa
bahwa seorang suami sudah sepatutnya mengantar jemput istri. Coba
bicarakan apa yang terbaik bagi pasangan dengan menyesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang terjadi. Dan buatlah penyesuaian yang paling tepat bagi
kelanggengan hubungan antara Anda dan si dia.
Cobalah bersama-sama
meninjau kembali hubungan yang terjalin selama ini, dengan menjadikan
pernikahan sebagai kendaraan bagi Anda dan dia untuk saling bercermin,
mengenali diri sendiri dan pasangan dengan lebih baik, tumbuh bersama-sama dan
saling bertransformasi menjadi pribadi yang lebih baik daripada sebelumnya.
Menerima pasangan apa adanya, saling mendukung dan memberi masukan, akan
menjadikan hubungan dengan dia menjadi semakin dalam dan berarti.
Jadikan Anda dan dia
sebagai satu tim yang solid dan kompak dalam menghadapi berbagai hambatan
yang ditemui sepanjang perjalanan. Lihatlah masalah sebagai tantangan
untuk dipecahkan serta alat bantu yang dapat mendewasakan hubungan Anda dan
dia. Dengan bersama-sama melihat hambatan sebagai tantangan yang menarik untuk
dipecahkan bersama, maka rasanya tidak akan ada masalah yang terlalu sulit
untuk diselesaikan.
- Menjelaskan Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Penyesuaian Perkawinan Hurlock
(2000), mendefinisikan penyesuaian pernikahan sebagai proses adaptasi antara
suami dan istri, dimana suami dan istri tersebut dapat mencegah terjadinya
konflik dan menyelesaikan konflik dengan baik melalui proses penyesuaian diri.
Lasswel & Lasswel (1987), mengatakatan bahwa penyesuaian pernikahan adalah
dua individu yang belajar untuk mengakomodasi kebutuhan, keinginan, dan harapan
masing-masing, ini berarti mencapai suatu derajat kebahagiaan dalam hubungan.
Penyesuaian pernikahan bukan suatu keadaan absolut melainkan suatu proses yang
panjang karena setiap orang dapat berubah sehingga setiap waktu masing-masing
pasangan harus melakukan penyesuaian pernikahan. Penyesuaian pernikahan juga
merupakan suatu proses memodifikasi, mengadaptasi dan mengubah individu dan
pola perilaku pasangan serta adanyainteraksi untuk mencapai kepuasan yang
maksimum dalam pernikahan (DeGenova, 2008). Atwater (1990), juga menambahkan
bahwa penyesuaian pernikahan merupakan perubahan dan penyesuaian dalam
kehidupan pernikahan yang meliputi beberapa aspek dalam kehidupan pernikahan,
seperti penyesuaian terhadap hidup bersama, penyesuaian peran baru, penyesuaian
terhadap komunikasi dan penyelesaian konflik, serta penyesuaian terhadap
hubungan seksual dalam pernikahan dan penyesuaian terhadap kewarganegaraan. Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian pernikahan adalah suatu proses
dimana dua orang yang memasuki tahap pernikahan dan mulai membiasakan diri
dengan situasi baru sebagai suami istri yang saling menyesuaikan dengan
kepribadian, lingkungan, kehidupan keluarga, dan saling mengakomodasikan
kebutuhan, keinginan dan harapan, serta saling menyesuaikan diri di beberapa
aspek pernikahan untuk mencapai kepuasan maksimum dalam pernikahan.
Pertumbuhan dalam Perkawinan. Perkawinan bagi manusia adalah suatu
keniscayaan. Dalam konteks teologis, perkawinan adalah sunnah atau ketentuan Tuhan,
sebagaimana Nabi Adam a.s. diberi tempat oleh Allah SWT di surga dan baginya
diciptakan Hawa untuk mendampingi, menjadi teman hidup, menghilangkan rasa
kesepian, dan melengkapi fitrahnya untuk menghasilkan keturunan. Sebagai
perbuatan manusia dewasa, perkawinan merupakan peristiwa yang dapat berlangsung
setelah melalui pertimbangan baik rasional maupun emosional atau mental. Selain
dipikirkan dan diterima oleh akal sehat, semua persiapan perkawinan adalah
persiapan mental dari calon pasangan itu sendiri. Persiapan mental ini dimulai
dari hal yang paling sederhana, yaitu mengenal dan memahami pasangan serta
memahami arti perkawinan. Dalam tahap persiapan perkawinan, membina hubungan
sosial yang romantis dan harmonis merupakan hal yang penting dan perlu
dijalani. Dengan pertimbangan rasional dan emosional, perkawinan manusia dewasa
akan semakin mantap, bahagia, dan langgeng ketika pasangan saling mengasihi dan
saling menghargai. Cinta kasih harus diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari.
Bentuk cinta kasih yang paling sederhana adalah memberikan ucapan terima kasih
dan menyatakan permohonan maaf kepada pasangan. Terima kasih atas perhatian dan
kasih sayang yang diberikan serta mohon maaf atas kesalahan yang dilakukan
terhadapnya. Perbuatan kawin hanya pantas dilakukan oleh manusia dewasa, dalam
pengertian manusia dewasa dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya. Setiap
pasangan suami-istri yang dewasa memiliki level perkembangan psikologis yang
lebih matang dibandingkan dengan pasangan yang melaksanakan perkawinan sebelum
dewasa. Konsekuensinya, perkawinan yang dilakukan oleh pasangan yang belum
mencapai taraf dewasa sulit berpikir dan bertindak secara
bertanggungjawab.Keluarga sebagai basis inti masyarakat, adalah wahana yang
paling tepat untuk memberdayakan manusia dan membendung berbagai faktor yang
mendorong lahirnya berbagai bentuk frustrasi sosial. Pengertian ini bersifat
aksiomatis dan universal dalam pengertian bahwa masyarakat mana saja memerlukan
wahana pemberdayaan itu. Di Eropa misalnya, saat ini para sosiolog merasa
gelisah karena prediksi kepunahan bangsa. Betapa tidak, tatanan, sakralitas dan
antusiasme terhadap keluarga sudah tipis sekali di kalangan muda. Hal itu tentu
saja berdampak buruk terhadap angka pertumbuhan penduduk. Berbagai penyakit
sosialpun muncul. Mulai dari angka bunuh diri yang tinggi hingga anomali
kemanusiaan yang lain.
- Menjelaskan Perceraian dan Pernikahan Kembali
Perceraian. Perceraian adalah cerai hidup antara pasangan suami istri
sebagai akibat darikegagalan mereka menjalankan obligasi peran masing-masing.
Dalam hal ini perceraiandilihat sebagai akhir dari suatu ketidakstabilan
perkawinan dimana pasangan suami istrikemudian
hidup terpisah dan secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku (Erna, 1999).
Perceraian merupakan terputusnya keluarga karena salah satu atau kedua
pasanganmemutuskan untuk saling meninggalkan sehingga mereka berhenti melakukan
kewajibannyasebagai suami istri. Ada beberapa penyebab perceraian,
seperti berikut ini : Gagal berkomunikasi, Komunikasi merupakan hal
terpenting dalam menjalin hubungan. Jika Anda dan pasangan kurang berkomunikasi
atau tidak cocok dalam masalah ini, maka dapat menyebabkan kurangnya rasa
pengertian dan memicu pertengkaran. Jika komunikasi Anda dan pasangan tidak
diperbaiki, bukan tidak mungkin akan berujung pada perceraian. Tidak setia,
Selingkuh merupakan penyebab lainnya perceraian. Sebelum melangkah ke jenjang
pernikahan, ada baiknya Anda dan pasangan memegang kuat komitmen dan menjaga
keharmonisan hubungan. Kekerasan dalam rumah tangga, Kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT) tidak hanya meninggalkan luka di fisik tetapi juga psikis.
Oleh karena itu kenalilah pasangan Anda sebaik mungkin sebelum memutuskan
menikah dengannya. Jangan malu untuk melaporkan KDRT yang Anda alami pada orang
terdekat atau lembaga perlindungan. Masalah ekonomi, Pasangan dianggap
tidak mampu memenuhi kebutuhan materi keluarga, sehingga memutuskan untuk
meninggalkannya. Pernikahan dini, Menikah di usia muda lebih rentan
dalam hal perceraian. Hal ini karena pasangan muda belum siap menghadapi
berbagai kesulitan dalam kehidupan pernikahan dan ego masing-masing yang masih
tinggi. Perubahan budaya, Zaman semakin modern, jika dahulu perceraian
dianggap hal yang tabu sekarang ini telah menjadi tren dan gaya hidup banyak
pasangan.
Pernikahan Kembali, yang kita harapkan bahwa pernikahan itu satu untuk
selamanya dan sekali dalam seumur hidup namun tidak semua orang merasakan
pernikahan yang langgeng. Maka perceraian adalah jalan terbaik jika sudah tidak
ada kecocokan antara kedua belah pihak. Kemudian bagaimana dengan pernikahan
kembali setelah bercerai ? Mungkin pertanyaan itu sudah tidak asing lagi kita
dengar. Pernikahan kembali memang kerap dilakukan oleh sebagian pasangan yang
bercerai. Hal ini menunjukkan bahwa menghindari perzinaa yang dosa besar salah
satunya adalah menikah kembali setelah bercerai. Memang tidak semua pasangan
yang bercerai lalu menikah kembali. Tetapi hal ini di benarkan oleh publik
bahwa menikah kembali itu bersifat nyata. Tentu saja dengan harapan agar
hubungan pada pernikahan kembali semakin lebih baik dan yang masa lalu menjadi
pelajaran yang berharga untuk tidak terulang kembali.
- Menjelaskan Alternatif selain Pernikahan Membujang (single life)
Membujang,
berasal dari kata bujang yang berarti keadaan belum / tidak kawin (pria yang
belum beristri). Membujang menjadi salah satu alternatif bagi kaum yang tidak
ingin menikah dengan berbagai faktor seperti belum menemukan jodoh yang klik,
workaholic, belum mapan, cita-cita belum terwujud, menderita suatu penyakit,
perceraian yang meningkat, hingga faktor pendidikan. Di California, 40 % wanita
AS tidak pernah menikah, mereka tidak hanya menunda menikah untuk pertama
kalinya, tapi banyak juga orang yang memutuskan untuk hidup bersama tanpa
menikah. Arti tabattul (membujang), Imam an-Nawawi rahimahullah berkata:
"Tabattul di sini ialah menjauhkan diri dari wanita dan tidak menikah
karena ingin terus beribadah kepada Allah.
Hadits-hadits yang melarang hidup membujang cukup banyak, di antaranya, Hadits
yang diriwayatkan al-Bukhari dari Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu, ia mengatakan: "Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menolak hal itu pada ‘Utsman bin Mazh’un.
Seandainya beliau membolehkan kepadanya untuk hidup membujang, niscaya kami
membujang. Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia
menuturkan: "Aku mengatakan: 'Wahai Rasulullah, aku adalah seorang pemuda
dan aku takut memberatkan diriku, sedangkan aku tidak mempunyai sesuatu untuk
menikahi wanita.' Tetapi beliau mendiamkanku. Kemudian aku mengatakan seperti
itu lagi kepada beliau, tapi beliau mendiamkanku. Kemudian aku mengatakan
seperti itu lagi, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 'Wahai Abu
Hurairah, pena telah kering dengan apa yang engkau temui (alami); mengebirilah
atau tinggal-kan. Bukankah engkau mendengar Allah Azza wa Jalla berfirman: ‘Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum-mu dan Kami memberikan
kepada mereka isteri-isteri dan keturunan...’ [Ar-Ra’d/13:38]Oleh karena itu,
janganlah engkau hidup membujang.Tidak Ada "Kepasturan (Kerahiban)"
Dalam Islam.‘Aisyah Radhiyallahu anhuma menuturkan: “Aku menjenguk Khuwailah
binti Hakim bin Umayyah bin Haritsah bin al-Auqash as-Salamiyyah, dan dia
adalah isteri 'Utsman bin Mazh'un.” Ia melanjutkan: “Ketika Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat kondisi tubuhnya yang buruk, beliau
bertanya kepadaku: ‘Wahai ‘Aisyah, apa yang memperburuk kondisi Khuwailah?’ Aku
menjawab: ‘Wahai Rasulullah, ia seorang wanita yang mempunyai suami yang selalu
berpuasa di siang hari dan bangun malam (untuk shalat). Ia seperti orang yang
tidak mempunyai suami. Oleh karenanya, ia membiarkan dirinya dan
menyia-nyiakannya.’ Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirim
utusan kepada ‘Utsman bin Mazh’un (agar ia datang menghadap). Ketika dia datang
kepada beliau, maka beliau bertanya: ‘Wahai ‘Utsman, apakah engkau membenci
Sunnahku?’ Ia menjawab: ‘Tidak, demi Allah wahai Rasulullah, bahkan Sunnahmu
yang aku cari.’ Beliau bersabda: ‘Sesungguhnya aku tidur, shalat, puasa,
berbuka, dan menikahi beberapa orang wanita; maka bertakwalah kepada Allah
wahai ‘Utsman, karena isterimu mempunyai hak atasmu, tamumu mempunyai hak
atasmu, dan dirimu mempunyai hak atasmu. Oleh karenanya, berpuasalah dan
berbukalah, shalatlah dan tidurlah.'"[6]
SUMBER :
- Alam, Andi Sjamsu, 2006, Usia Ideal untuk Kawin, Sebuah Ikhtiar Mewujudkan Keluarga Sakinah, Kencana Mas Publishing House, Jakarta
- HR. Al-Bukhari (no. 5076) kitab an-Nikaah, Muslim (no. 1404) kitab an-Nikaah, Ahmad (no. 3642) lihat Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 7832).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar