Selasa, 30 April 2013

Maraknya Perceraian di Kalangan Artis Politisi

MARAKNYA PERCERAIAN di KALANGAN ARTIS POLITISI 


          Pada kesempatan kali ini saya ingin membahas tentang perceraian yang sedang marak-maraknya di kalangan artis yang menjadi anggota DPR/DPRD. Mungkin benar bahwa sekarang ini adalah zaman emansipasi wanita dimana seorang wanita memang mempunyai hak untuk bekerja dan mempunyai penghasilan sendiri. Namun seringkali para wanita tidak bisa menempatkan posisinya sebagai isteri (yang sudah ber-keluarga) untuk tetap menjadikan suami nomer satu dalam kehidupannya. Tetapi sekarang ini sedang "buming" para artis wanita yang menjadi anggota DPR/DPRD memilih untuk mengakhiri kisah cintanya di kursi hijau/hakim lantaran perceraian. Kisah ini yang menggertakan hati saya untuk tertarik menuliskan bahasannya yang berkaitan dengan Psikologi. Mengapa saya membahasnya dalam Psikologi? Karena saya ingin membagi ilmu dengan menjelaskan adanya faktor-faktor yang terjadi pada bahasan tersebut. Sebelumnya saya akan memberikan contoh dan gambaran kisah para artis wanita anggota DPR/DPRD yang bercerai :
  1. Rachel Maryam artis film Arisan 2 bercerai dari Muhammad Akbar Pradana alias Ebes setelah masuk Partai Gerindra dan jadi anggota DPR.Rachel menikah dengan Muhamad Akbar Pradana yang akrab dipanggil Ebes pada tanggal 25 Juli 2005. Pernikahan ini telah dikaruniai seorang anak Muhammad Kale Mata Angin (lahir 29 Juli 2006). Pada tanggal 13 Oktober 2010, Rachel Resmi Bercerai dengan Ebes. Dalam sidang putusan itu, hakim juga menyerahkan hak pengasuhan anak kepada Rachel. 
  2. Wanda Hamidah sibuk berpolitik sebagai wakil rakyat di DPRD DKI Jakarta dari Partai Amanat Nasional (PAN) membuat Wanda Hamidah harus pintar-pintarnya membagi waktu antara keluarga dan karir. Entah ada kaitan atau tidak dengan kesibukannya berpolitik, kini Wanda Hamidah dalam proses cerai dengan Cyril Raoul Hakim.
  3. Venna Melinda juga dalam proses cerai dengan Ivan Fadilla. Venna berpisah dari Ivan setelah masuk Partai Demokrat dan sibuk berpolitik. Venna menikah dengan Ivan Fadilla Soedjoko, yang juga Abang Jakarta 1993. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai dua orang anak, Verrell Bramasta dan Athalla Naufal. Pada tanggal 22 Pebruari 2013, Venna Melinda melalui kuasa hukumnya melancarkan gugatan cerai terhadap suaminya di Pengadilan Agama Jakarta Selatan tanpa menyebut-nyebut Hak Asuh Anak dan harta gono-gini.
             Alasan yang mereka katakan pada Media adalah perceraian mereka bukan karena alasan berpolitisi tetapi sudah tidak ada kecocokan antara kedua belah pihak dan masalah waktu. Tetapi ada sebagian Psikolog yang berpendapat bahwa perceraian yang terjadi pada kalangan tersebut karena adanya beberapa faktor, di sini saya akan mencoba membahasnya (sumber yang saya tulis itu berdasarkan informasi yang saya tangkap dari Media Televisi tetapi saya akan mencoba membahasnya dengan gaya saya sendiri). Kemungkinan besar faktor yang timbul karena : 
  •  Kesenjangan "penghasilan" atau biasa di sebut dengan gaji. Karier istri yang gemilang ternyata ­tidak selalu dianggap sebagai ­prestasi. Sebagian suami justru menganggap dirinya terintimidasi dan biasanya suami akan mengalami stress. Kesenjangan penghasilan yang berujung konflik ini, diakibatkan oleh maskulinitas tradisional yang dipegang teguh di masyarakat. Karena secara tradisional, anggapannya laki-laki lebih maskulin sehingga dalam rumah tangga ia adalah seorang pemimpin. Sebagai kepala keluarga ia terbiasa dituruti dan dianggap tertinggi. Dengan demikian, kenyataan bahwa posisi laki-laki berada di bawah sang Istri terasa menjadi ancaman yang membuat dia tidak nyaman. Masalahnya ternyata tidak hanya berasal dari suami. Ketika pria merasa baik-baik saja dengan keadaannya, bisa jadi justru perempuan yang merasa bermasalah. Kadang perempuan yang merasa bermasalah jika penghasilan suaminya tidak lebih tinggi dari dia. Hal seperti ini menunjukkan bahwa istri tidak bisa "menghargai suami". Perihal keuangan memang selalu masuk pada ranah sensitif, apalagi dalam rumah tangga. Maka setiap pasangan harus menanggapi dengan hati-hati. Masalahnya, jika ada salah satu pihak yang merasa dirugikan, bisa-bisa malah memicu ketidakharmonisan di rumah. Dalam hubungan suami istri, sejatinya kedua belah pihak saling mendukung dan menguatkan. Sehingga jelas bahwa upaya menjaga perasaan tidak hanya berlaku untuk salah satu pihak. Demi menjaga kelangsungan hidup berumah tangga, sebaiknya hindari juga pembahasan mengenai penghasilan jika tidak dalam konteksnya, apalagi mencela pendapatan suami. 
  • "SEKS". Masalah yang satu ini sering kali jadi sumber keributan suami-istri. Biasanya yang sering komplain adalah pihak suami yang tak puas dengan layanan istri. Suami seperti ini umumnya memang egois dan tidak mau tahu. Karena waktu yang mereka habiskan hanya untuk berkarir di luar rumah dan ketika masuk ke dalam rumah hanya letih dan lelah yang menggelayuti karena aktivitas yang begitu padat. Hal ini yang terkadang menjadi pemicu retaknya hubungan karena komunikasi yang jarang pula. Istri atau suami yang punya masalah dengan hubungan seks dengan pasangan, sebaiknya berterus terang. Ini agar pasangan tidak curiga dan menuduh yang macam-macam. Ungkapkan saja keadaan dan mengapa gairah seks menurun. suami atau istri yang baik pasti memahami kondisi tersebut dan tidak akan banyak menuntut. 
          Itulah Faktor penyebab yang menjadi retaknya hubungan yang berujung pada perceraian di kalangan artis "politisi". Mungkin karena masalah kesenjangan penghasilan yang menjadi faktor utama. Yang kita tahu memang penghasilan yang di dapat oleh anggota DPR/DPRD cukup besar. Setelah itu masalah seks yang kerap kali menjadi sumber pertengkaran yang terjadi karena kesibukan dan ketiadaan komunikasi yang terjalin baik. Hal itulah yang mendapat kemungkinan besar menjadi maraknya perceraian yang dilakukan oleh artis politisi. 

             Mungkin hal inilah yang saya katakan bahwa zaman sekarang memang sudah menjadi zaman emansipasi wanita. Tetapi untuk melebihi pengahasilan suami juga kurang bagus karena akan memicu kesenjangan dan ketidakharmonisan rumah tangga dan kesannya tidak menghargai jerih payah suami dan terkesan meremehkan. Masalah seks juga penting di perhatiakan pada sebuah rumah tangga karena hal itu yang bisa menyebabkan retaknya hubungan. Biasanya seorang istri yang baik itu adalah istri yang bisa mengurus rumah tangga dengan baik dan bisa menjalin komunikasi dengan anak-anak serta mengurus suami. Untuk bekerja mungkin tidak ada larangan tetapi pada masalah waktu juga penting di perhatikan dan pintar-pintar membagi waktu antar berkarir dan rumah tangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar