Sehat itu adalah sebuah keadaan normal yang sesuai dengan standar yang diterima berdasarkan kriteria tertentu, sesuai jenis kelamin dan komunitas masyarakat. Itu adalah pengertian sehat pada awalnya. Sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten
sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas
struktural. ( Menurut Pender, 1982 ). Sehat adalah fungsi efektif dari
sumber-sumber perawatan diri (self care Resouces) yang menjamin tindakan untuk
perawatan diri ( self care actions) secara adekuat. Self care Resouces :
mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap. Self care Actions merupakan
perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan
dan meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual. (Menurut Paune, 1983).
A.
Konsep sehat berdasarkan Dimensinya
1.
Dimensi Emosi : Emosi itu sendiri mudah sekali di pengaruhi oleh
kondisi lingkungan. Maka dari itu setiap orang itu harus bisa menstabilkan
keadaannya dengan lingkungannya seperti perasaan marah dan lain sebagainya.
2.
Dimensi Intelektual : Dimensi ini dimana seseorang mampu untuk
menyelesaikan suatu permasalahan yang terjadi dengan kecerdasan yang ia miliki.
Mampu berfikir jernih dan memandang suatu permasalah dengan kepala dingin dan
ia mampu menyelesaikannya dengan baik karena ia selalu melihat permasalahan
tersebut dengan berbagai sudut pandang. Itulah di namakan sehat secara intelektual.
3.
Dimensi Sosial : Mengapa manusia dikatakan makhluk sosial? Karena kita
tidak bisa hidup sendiri, itu artinya kita membutuhkan bantuan orang lain. Ini di
namakan sehat secara sosial, karena kita harus berinteraksi dengan baik,
membaur dengan yang lainnya atau berkomunikasi kepada sesama makhluk sosial
serta saling menghargai dan menghormati satu sama lain.
4.
Dimensi Fisik : Siapa yang tidak ingin memiliki tubuh bebas penyakit
? Itu artinya di dalam tubuh kita tidak ada satu penyakit apapun, sehat secara
jasmani.
5. Dimensi Mental : Dalam kesehatan mental atau bisa juga disebut
dengan kesehatan jiwa yaitu suatu keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu
berjalan selaras dengan keadaan orang lain.
6. Dimensi
Spiritual : Kemampuan seseorang yang berkaitan dengan agama atau kepercayaan
masing-masing. Menjalankan kewajiban ibadah dengan baik dan mampu memelihara
dirinya untuk tidak berbuat yang di larang oleh agama atau kepercayaan
masing-masing.
B.
Sejarah Perkembangan Kesehatan
Mental
Zaman Prasejarah
Manusia purba sering mengalami gangguan mental atau
fisik, seperti infeksi, artritis, dll.
Zaman Peradaban Awal
1.
Phytagoras berpendapat orang yang pertama
memberi penjelasan alamiah terhadap penyakit mental
2. Hypocrates
berpendapat ia berpendapat penyakit atau
gangguan otak adalah penyebab penyakit mental
3. Plato
berpendapat bahwa gangguan mental sebagian gangguan moral, gangguan fisik dan
sebagian lagi dari dewa-dewa.
Zaman Renaissesus
Pada
zaman ini di beberapa negara Eropa, para tokoh keagamaan, ilmu kedokteran dan
filsafat mulai menyangkal anggapan bahwa pasien sakit mental tenggelam dalam
dunia tahayul.
Zaman Pra Ilmiah
1.
Kepercayaan
Animisme
Sejak
zaman dulu gangguan mental telah muncul dalam konsep primitif, yaitu
kepercayaan terhadap faham animisme bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh
roh-roh atau dewa-dewa. Orang Yunani kuno percaya bahwa orang mengalami
gangguan mental, karena dewa marah kepadanya dan membawa pergi jiwanya. Untuk
menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji)
dengan mantra dan kurban.
2. Kepercayaan Naturalisme
Suatu
aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental dan fisik itu akibat dari alam.
Hipocrates (460-367) menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai
penyebab sakit. Dia mengatakan, Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan
menemukan otak yang basah, dan mencium bau amis. Tapi anda tidak akan melihat
roh, dewa, atau hantu yang melukai badan anda.
Seorang
dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat polotik dan
sosial yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia terpilih menjadi
kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, pasiennya dirantai,
diikat ketembok dan tempat tidur. Para pasien yang telah di rantai selama 20
tahun atau lebih, dan mereka dianggap sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di
sekitar rumah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil, mereka
tidak lagi menunjukkan kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya.
Zaman Era Modern
Perubahan luar biasa dalam sikap dan cara pengobatan
gangguan mental terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri
di Amerika pada tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813) menjadi
anggota staf medis di rumah sakit Pensylvania. Di rumah sakit ini ada 24 pasien
yang dianggap sebagai lunatics (orang gila atau sakit ingatan). Pada waktu itu
sedikit sekali pengetahuan tentang penyebab dan cara menyembuhkan penyakit
tersebut. Akibatnya pasien-pasien dikurung dalam ruang tertutup, dan mereka
sekali-kali diguyur dengan air.
Rush melakukan suatu usaha yang sangat berguna untuk
memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut melalui penulisan
artikel-artikel. Secara berkesinambungan, Rush mengadakan pengobatan kepada
pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan
mencari kesenangan.
Pada tahun 1909, gerakan mental Hygiene secara formal
mulai muncul. Perkembangan gerakan mental hygiene ini tidak lepas dari jasa
Clifford Whitting Beers (1876-1943) bahkan karena jasanya itu ia dinobatkan
sebagai The Founder of the MentalHygiene Movement.�
Dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan
pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi.
Secara hukum, gerakan mental hygiene ini mendapat
pengakuan pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat
menandatangani The National Mental Health Act., yang berisi program jangka
panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga
masyarakat.
Bebarap
tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut meliputi :
1)
Meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui
penelitian, investigasi, eksperimen, penayangan kasus-kasus, diagnosis, dan
pengobatan.
2) Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan
swasta yang melakukan kegiatan
penelitian dan meningkatkan koordinasi antara para peneliti dalam melakukan
kegiatan dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya.
3)
Memberikan latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental.
4)
Mengembangkan dan membantu negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan,
diagnosis, dan pengobatan terhadap para pengidap gangguan mental.
Pada tahun 1950, organisasi mental hygiene terus
bertambah, yaitu dengan berdirinya National Association for Mental Health.
Gerakan mental hygiene ini terus berkembang sehingga pada tahun 1975 di Amerika
terdapat lebih dari seribu perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia
lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui The World Federation forMental Health
dan The World Health Organization.
C. Pendekatan
Kesehatan Mental
1.
Orientasi Klasik : Orientasi klasik yang umumnya
digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi
tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang
tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik
artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan
mental. Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan
masalah ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa
yang gejalanya adalah kehilangan kontak dengan realitas. Orang-orang seperti
itu tidak merasa ada keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran dan tak
mampu mengurus dirinya secara layak. Pengertian sehat mental dari orientasi
klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi
kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat atau
tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan
penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya
orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat
mental.
2. Penyesuaian
Diri : Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental
tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh
karena kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan
budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari
kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan
antara individu dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu
digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat
mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sakit mental bukan
sesuatu yang absolut. Berkaitan dengan relativitas batasan sehat mental, ada
gejala lain yang juga perlu dipertimbangkan. Kita sering melihat seseorang yang
menampilkan perilaku yang diterima oleh lingkungan pada satu waktu dan
menampilkan perilaku yang bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain.
Misalnya ia melakukan agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada
saat suasana hatinya tidak enak tetapi sangat dermawan pada saat suasana
hatinya sedang enak. Dapat dikatakan bahwa orang itu sehat mental pada waktu
tertentu dan tidak sehat mental pada waktu lain. Lalu secara keseluruhan
bagaimana kita menilainya? Sehatkah mentalnya? Atau sakit? Orang itu tidak
dapat dinilai sebagai sehat mental dan tidak sehat mental sekaligus.
3. Pengembangan
Potensi : Seseorang dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia
mendapat kesempatan untuk mengembangkan
potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan
dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi
pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal
pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat
menentukan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan
tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada
perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah
yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan wajar.
D. Teori
Kepribadian Sehat, Menurut :
1.
Aliran Psikoanalisa : Psikoanalisis merupakan
suatu bentuk model kepribadian. Teori ini sendriri pertama kali diperkenalkan
oleh Sigmun Freud (1856-1938). Freud pada awalnya memang mengembangkan teorinya
tengtang struktur kepribadian dan sebab-sebab gangguan jiwa dan dengan konsep
teorinya yaitu perilaku dan pikiran dengan mengatakan bahwa kebanyakan apa yang
kita lakukan dan pikirkan hasil dari keinginan atau dorongan yang mencari
pemunculan dalam perilaku dan pikiran. menurut teori psikoanalisa, inti dari
keinginan dorongan ini adalah bahwa mereka bersembunyi dari kesadaran
individual. Dan apabila dorongan – dorongan ini tidak dapat disalurkan, dapat
menyebabkan gangguan kepribadian dan juga memggangu kesehatan mental yang
disebut psikoneurosis. Dengan kata lain, mereka tidak disadari. Ini adalah
ekspresi dari dorongan tidak sadar yang muncul dalam perilaku dan pikiran.
Istilah “motivasi yang tidak disadari” / (unconscious motivation) menguraikan
ide kunci dari psikoanalisa. Psikoanalisis mempunyai metode untuk membongkar
gangguan – gangguan yang terdapat dalam ketidaksadaran ini, antara lain dengan
metode analisis mimpi dan metode asosiasi bebas.
Teori psikologi Freud didasari pada keyakinan bahwa dalam diri manusia terdapat suatu energi psikis yang sangat dinamis. Energi psikis inilah yang mendorong individu untuk bertingkah laku. Menurut psikoanalisis, energi psikis itu berasumsi pada fungsi psikis yang berbeda yaitu: Id, Ego dan Super Ego.
Teori psikologi Freud didasari pada keyakinan bahwa dalam diri manusia terdapat suatu energi psikis yang sangat dinamis. Energi psikis inilah yang mendorong individu untuk bertingkah laku. Menurut psikoanalisis, energi psikis itu berasumsi pada fungsi psikis yang berbeda yaitu: Id, Ego dan Super Ego.
2. Aliran
Behavioristik : Behaviorisme juga disebut psikologi S – R (stimulus dan
respon). Behaviorisme menolak bahwa pikiran merupakan subjek psikologi dan
bersikeras bahwa psokologi memiliki batas pada studi tentang perilaku dari
kegiatan-kegiatan manusia dan binatang yang dapat diamati. Teori Behaviorisme
sendiri pertama kali diperkenalkan oleh John B. Watson (1879-1958)
Aliran behaviorisme mempunyai 3 ciri penting.
1. Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen dari perilaku
2. Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak dipelajari. Behaviorisme menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
3. Memfokuskan pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara perilaku manusia dan perilaku binatang. Kita dapat belajar banyak tentang perilaku kita sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.
menurut penganut aliran ini perilaku selalu dimulai dengan adanya rangsangan yaitu berupa stimulus dan diikuti oleh suatu reaksi beupa respons terhadap rangsangan itu. Salah satu penganut watson yang sangat besar masukannya untuk perkembangan behaviorisme adalah B.F. Skinner. Aliran ini memandang manusia seperti mesin yang dapat dikendalikan perilakunya lewat suatu pengkondisian. Ini menganggap manusia yang meberikan respon positif yang berasal dari luar. Dalam aliran ini manusia di anggap tidak memiliki sikap diri sendiri.
Jadi menurut Behaviorisme manusia dianggap memberikan respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar. Kepribadian manusia sebagai suatu sistem yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai peraturannya dan menganggap manusia tidak memiliki sikap diri sendiri.
Aliran behaviorisme mempunyai 3 ciri penting.
1. Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen dari perilaku
2. Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak dipelajari. Behaviorisme menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
3. Memfokuskan pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara perilaku manusia dan perilaku binatang. Kita dapat belajar banyak tentang perilaku kita sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.
menurut penganut aliran ini perilaku selalu dimulai dengan adanya rangsangan yaitu berupa stimulus dan diikuti oleh suatu reaksi beupa respons terhadap rangsangan itu. Salah satu penganut watson yang sangat besar masukannya untuk perkembangan behaviorisme adalah B.F. Skinner. Aliran ini memandang manusia seperti mesin yang dapat dikendalikan perilakunya lewat suatu pengkondisian. Ini menganggap manusia yang meberikan respon positif yang berasal dari luar. Dalam aliran ini manusia di anggap tidak memiliki sikap diri sendiri.
Jadi menurut Behaviorisme manusia dianggap memberikan respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar. Kepribadian manusia sebagai suatu sistem yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai peraturannya dan menganggap manusia tidak memiliki sikap diri sendiri.
3. Aliran Humanistik
: Abraham Maslow (1908-1970) dapat dipandang sebagai Bapak dari psikologi
humanistik. Gerakan ini merasa tidak puas terhadap psikologi behavioristik dan
psikoanalisis, dan memfokuskan penelitiannya pada manusia dengan ciri-ciri
eksistensinya.Psikologi humanistik mulai di Amerika Serikat pada tahun 1950 dan
terus berkembang. Tokoh-tokoh Psikologi Humanistik memandang behavorisme mendehumanisasi manusia. Psikologi
Humanistik mengarahkan perhatiannya pada humanisasi psikologi yang menekankan
keunikan manusia. Menurut Psikologi Humanistik manusia adalah makhluk kreatif,
yang dikendalikan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri bukan oleh kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.
4.
Pendapat
Allport : Allport
mengemukakan bahwa semua fungsi diri atau fungsi ego yang telah dijelaskan
disebut dengan fungsi proprium dari kepribadian. Fungsi-fungsi ini termasuk
perasaan jasmaniah, identitas diri, harga diri, perluasan diri, rasa keakuan,
pemikiran rasional, gambaran diri, usaha proprium, gaya kognitif dan fungsi
mengenal. Semuanya merupakan bagian yang sebenarnya dan vital dari kepribadian.
Fungsi-fungsi tersebut sama-sama memiliki suatu arti fenomenal dan “ makna
penting”. Fungsi-fungsi itu bersama disebut sebagai proprium. Proprium itu
tidak dibawa sejak lahir, melainkan berkembang karena usia.
Allport menunjukkan tujuh aspek dalam perkembangan proprium atau ke-diri-sendiri-an (self hood). Selama 3 tahun pertama, tiga aspek muncul, yakni : rasa diri jasmaniah, rasa identitas-diri berkesinambungan dan harga-diri atau rasa bangga. Antara usia 4 sampai 6 tahun, dua aspek lainnya muncul, yakni : perluasan diri (the extension of self), dan gambaran diri. Suatu waktu antara usia 6 dan 12 tahun, anak mengembangkan kesadaran-diri sehingga ia dapat menanggulangi masalah-masalahnya dan akal pikiran. Selama masa remaja, munculah intensi-intesi, tujuan-tujuan jangka panjang, dan cita-cita yang masih jauh. Aspek-aspek ini disebut usaha proprium.
Dengan penjelasan seperti dia atas, Allport ingin menghindari pendapat yang mengundang pertanyaan dari banyak teoritikus yang menyatakan bahwa diri atau ego itu serupa manusia mikro (homunculus) atau “ manusia yang berada di dalam dada” yang melakukan tugas mengorganisasikan, memegang kendali dan menjalankan sistem kepribadian. Ia mengakui pentingnya semua fungsi psikologis yang bersumber pada diri dan ego, namun ia berusaha keras menghindari teori yang memandang diri dan ego sebagai pelaku atau penggerak kepribadian.
Bagi allport, diri dan ego dapat digunakan sebagai kata sifat untuk menunjukkan fungsi-fungsi proprium di dalam seluruh bidang kepribadian.
Allport menunjukkan tujuh aspek dalam perkembangan proprium atau ke-diri-sendiri-an (self hood). Selama 3 tahun pertama, tiga aspek muncul, yakni : rasa diri jasmaniah, rasa identitas-diri berkesinambungan dan harga-diri atau rasa bangga. Antara usia 4 sampai 6 tahun, dua aspek lainnya muncul, yakni : perluasan diri (the extension of self), dan gambaran diri. Suatu waktu antara usia 6 dan 12 tahun, anak mengembangkan kesadaran-diri sehingga ia dapat menanggulangi masalah-masalahnya dan akal pikiran. Selama masa remaja, munculah intensi-intesi, tujuan-tujuan jangka panjang, dan cita-cita yang masih jauh. Aspek-aspek ini disebut usaha proprium.
Dengan penjelasan seperti dia atas, Allport ingin menghindari pendapat yang mengundang pertanyaan dari banyak teoritikus yang menyatakan bahwa diri atau ego itu serupa manusia mikro (homunculus) atau “ manusia yang berada di dalam dada” yang melakukan tugas mengorganisasikan, memegang kendali dan menjalankan sistem kepribadian. Ia mengakui pentingnya semua fungsi psikologis yang bersumber pada diri dan ego, namun ia berusaha keras menghindari teori yang memandang diri dan ego sebagai pelaku atau penggerak kepribadian.
Bagi allport, diri dan ego dapat digunakan sebagai kata sifat untuk menunjukkan fungsi-fungsi proprium di dalam seluruh bidang kepribadian.
5.
Pendapat Abraham Maslow : Pertama-tama Maslow
menekankan bahwa individu merupakan kesatuan yang terpadu dan terorganisasi,
sehingga motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu adalah motivsi individu
seutuhnya bukan bagian darinya.[1] Menurut maslow manusia harus diselidiki
sebagai sesuatu yang totalitas, sebagai suatu system, setiap bagian tidak dapat
dipisahkan dengan bagian yang lain.[2] Pernyataan ini hampir menjadi aksioma yang
diterima oleh semua orang, yang kemudian sering dilupakan dan diabaikan tatkala
seseorang melakukan penelitian. Penting sekali untuk selalu disadarkan kembali
hal ini sebelum seseorang melakukan eksperimen atau menyusun suatu teori
motivasi yang sehat.
6.
Pendapat Rogers : Memahami dan menjelaskan
teori kepribadian sehat menurut rogers yang meliputi :
a.
Perkembangan kepribadian
“self” : Inti dari teori- teori
Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti
diri, menentukan hidup, dan menangani masalah- masalah psikisnya asalkan
konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk
aktualisasi diri.
b.
Peranan positive regard dalam
pembentukan kepribadian individu : Setiap
manusia memiliki kebutuhan basic akan kehangatan, penghargaan,
penerimaan, pengagungan, cinta, kasih, dan sayang dari orang lain. Kebutuhan
ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2
yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional
positive regard (tak bersyarat).
c. Ciri-ciri orang yang berfungsi sepenuhya : Pertama orang yang sehat secara psikologis akan lebih mudah beradaptasiKarena orang
psikologis bisa melihat dan menilai sifat-sifat seeorang maka dari itu dia
mudah beradaptasi. Kedua manusia –manusia masa depan akan lebih terbuka atas pengalaman-pengalaman mereka, manusia masa depan
akan lebih mendengar dirinya dan memperhatikan perasaan bahagia, marah,kecewa,ketakutan,
dan kelembutan mereka. Ketiga dari manusia masa depan adalah kecenderungan
untuk hidup sepenuhnya pada masa sekarang.
7. Pendapat Erich
Fromm : Fromm adalah ahli teori
pertama yang dibicarakan sampai sekarang yang menyamakan kesehatan psikologi
dan kesehatan mental dengan kebahagiaan. Kebahagiaan merupakan suatu bagian
integral dari kepribadian sehat, bukan suatu hasil sampingan yang terjadi
kebetulan. Kebahagiaan merupakan hasil dari kehidupan produktif dan membantu
serta memajukan juga tingkat-tingkat produktifitas yang lebih tinggi.
Kebahagiaan sungguh-sungguh merupakan suatu bagian dari kehidupan sehat
sehingga dapat diambil sebagai bukti dari tingkat kesehatan psikologis yang
telah dicapai seseorang. Fromm mengembangkan dan memperhalus teorinya sendiri
tentang kepribadian. Sistemnya menggambarkan kepribadian sebagai yang
ditentukan oleh kekuatan-kekuatan sosial yang mempengaruhi individu dalam masa
kanak-kanak dan juga kekuatan-kekuatan historis yang telah mempengaruhi
perkembangan spesies manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar